Senin, 08 November 2010

Playful Kiss Episode 3

Ha Ni meminta Bu Guru dan teman-temannya untuk berhenti dan menjelaskan pada Seung Jo kalau ini bukan perbuatannya.

Seung Jo : “Oh Ha Ni, aku tahu ini semua akan terjadi. Seperti yang aku bilang, selalu menjadi orang yang menyusahkan”.

Ha Ni ikut kesal, “Apa, menyusahkan?!” Lalu Ha Ni mengancam, “Jadi, tidak apa-apa…kalau aku memberitahu mereka kalau kita tinggal bersama?!” Seung Jo kaget dan tidak setuju. Ha Ni merengek, “Jadi apa yang kamu mau dariku?”

Joo Ri dan Min Ah tidak mengerti dengan apa yang sedang terjadi.

Seung Jo : “Kamu berpura-pura bertingkah bodoh, tapi akhirnya kamu mendapatkan semua yang kamu mau. Aku membenci sifatmu yang seperti itu”. Ha Ni semakin kesal karena Seung Jo mulai menghinanya lagi.

Seung Jo menyuruh Ha Ni naik ke punggungnya. Ha Ni menolak, “Tidak usah!”


Seung Jo : “Apa maksudnya tidak usah? Jika ini memang permintaanmu, naik saja!” Seung Jo menarik tangan Ha Ni dan memaksanya untuk digendong. Ha Ni tidak mau dan minta untuk dilepaskan.


Boong Joon Gu datang dan berteriak, “Hei, apa yang kamu lakukan?! Baek Seung Jo, Kamu tidak mau melepaskan tangan itu?” Kemudian Joon Gu menarik lepas tangan Seung Jo dari Ha Ni, “Aku bilang lepaskan!” Sepertinya Seung Jo kesal, “Kamu lagi?!”

Joon Gu : “Ha Ni, Aku sudah dengar tentang itu dan aku sangat bangga padamu. Aku minta maaf, sebelumnya aku tidak percaya sewaktu kamu bilang kamu belajar.

Lebih baik aku saja yang menggendongmu dan keliling sekolah sebanyak yang kamu mau! Naiklah!” Joon Gu jongkok di depan Ha Ni bersiap untuk menggendongnya.

Ha Ni mengeluh, “Kenapa kamu seperti ini juga!” Lalu Joon Gu menarik tangan Ha Ni. Seung Jo yang melihat itu, tidak terima dan menarik tangan Ha Ni yang satunya, “Ayo ke sini!”

Joon Gu marah dan melepaskan tangan Seung Jo lagi.


Dengan cepat Joon Gu menggendong Ha Ni yang tentu saja dibantu anggota bye-bye see. Joon Gu segera lari menggendong Ha Ni keliling sekolah. Min Ah dan Joo Ri berteriak memanggil Joon Gu.


Seung Jo memandang Joon Gu dengan kesal, Dia terlihat marah dan tidak suka.


Ha Ni minta untuk diturunkan, tapi Joon Gu tetap menggendongnya. Min Ah dan Joo Ri mengejar mereka, Joon Gu benar-benar membuat gara-gara.

Akhirnya Joon Gu menurunkan Ha Ni di taman sekolah. Joo Ri memarahi Joon Gu yang dengan seenaknya sendiri menggendong Ha Ni, padahal Ha Ni sudah belajar keras untuk semua ini. Joo Ri menuduh Joon Gu sebagai pengganggu.

Joon Gu menegaskan pada Ha Ni, “Ha Ni, Kamu masih suka sama Baek Seung Jo? Walaupun dia sudah mempermalukanmu, kamu masih menyukainya?! Mungkin kamu suka tipe yang seperti itu”.

Ha Ni membantah, “Tidak, aku tidak suka dia. Buat apa aku suka dia? Apa sih yang harus disukai dari cowok seperti dia? Dia memiliki lidah yang benar-benar tajam, hanya untuk mempermalukan orang lain. Dia itu hanya mau menang sendiri dan licik, dan dia tidak punya rasa kemanusiaan sama sekali. Pokoknya dia sudah kelewatan”.


Joo Ri : “Jadi, kamu benci dia sekarang!” Ha Ni membenarkan.

Min Ah : “Ya sudahlah, tapi ksmu bisa masuk ruang belajar sekarang”.

Ha Ni baru ingat, dan merasa senang. Min Ah memuji Ha Ni tapi heran dan bertanya, “Bagaimana kamu bisa melakukan itu? Benar-benar hebat!”


Akhirnya Ha Ni masuk ruang belajar spesial. Ada yang memuji tapi ada juga yang mengatainya. Ha Ni duduk di bangku belakang, dan mencoba menyapa teman sebangkunya. Tapi siswi ini justru menjauhinya. Ha Ni melihat gadis yang coba mendekati Seung Jo sedang menawarkan minuman pada Seung Jo. Ha Ni sangat senang sampai tertawa, karena Seung Jo menolak minuman itu. Murid-murid melihat ke arah Ha Ni, dan kepala sekolah memarahinya.

Seung Jo melihat Ha Ni dan Ha Ni segera menutupi wajahnya dengan buku. Seung Jo tersenyum sinis. Joon Gu, Min Ah dan Joo Ri mencoba mengintip ke ruang belajar, dan Ha Ni melambaikan tangan. Kepala Sekolah memarahinya lagi.


Di ruang guru, Kepala Sekolah membicarakan Oh Ha Ni, “Bu Guru Song Kang Yi, tidakkah kamu berpikir kalau Oh Ha Ni itu murid yang aneh?” Guru Kang Yi membenarkan kalau Ha Ni itu memang sedikit aneh.

Kepala Sekolah : “Bukan begitu maksudku. Bagaimana bisa dia tiba-tiba naik dari kelas bawah menjadi salah satu 50 murid teratas?”

Bu Guru : “Apa yang aneh tentang itu? Anda bisa mencapai sesuatu kalau anda bekerja keras untuk itu”. Guru yang lain ikut bicara, “Tapi sepertinya itu mencurigakan!” Tentu Guru Kang Yi tidak terima, “Apanya yang aneh?”

Kepala Sekolah :”Apa mungkin dia menyontek?!”

Guru Kang Yi bingung juga tapi berusaha membela diri, “Di kelasku, mana ada yang berani menyontek?” Guru yang lain tertawa. Kepala Sekolah berpikir untuk melihat bagaimana kelanjutannya.

Kepala Sekolah : “Hari Jumat ini, murid kelas dua akan mengadakan piknik, MT untuk kelas satu, dan kelas tiga akan mengadakan apa?”

Guru Kang Yi mengusulkan, “Ayo adakan turnamen olah raga!” Guru yang lain tidak setuju, karena murid kelas tiga tidak memiliki banyak waktu menjelang ujian.

Guru Kang Yi beralasan, “Mereka kan harus menambah kekuatan fisik supaya belajarnya bagus. Bahkan anak kelas tiga tidak belajar olah raga lagi”. Guru yang lain mengusulkan untuk pergi piknik saja.

Guru Kang Yi : “Baiklah, hanya kelas Guru Song Ji Oh dan kelasku saja yang akan berpartisipasi.” Guru Ji Oh kaget kenapa hanya kelas mereka saja.

Guru Kang Yi menjelaskan, “Kamu yang bilang kalau kelas 3-1 itu lebih baik dari kelas 3-7 dalam segala hal? Kita hanya tinggal menunggu dan melihat apakah hal itu benar atau tidak. Jika kel;asku menang, aku akan memanggilmu ‘oppa’. Guru Ji Oh lebih kaget lagi.

Ternyata kepala sekolah menyetujui usul Guru Kang Yi, dan mananyakan apa saja yang akan diperlombakan.


Anak-anak kelas 3-1 tidak menyukai ide ini.

Guru Kang Yi sangat bersemangat menjelaskan pada anak kelas 3-7, tapi tidak ada yang merespon. Lalu Joon Gu bertanya, jika mereka menang, apa yang akan Guru Kang Yi lakukan untuk mereka.

Guru Kang Yi, “Baiklah, kalu kita menang 3 lomba, aku akan mentraktir kalian pizza”.

Anak-anak bersorak senang dan, “Ayo kalahkan kelas 3-1!”


Anak-anak kelas 3-7 berlatih keras untuk turnamen ini. Guru Kang Yi terjun langsung untuk melatih mereka.

Joon Gu melatih teman-temannya melakukan lari estafet. Memanggil Ha Ni untuk menunjukkan cara yang benar pada teman-teman yang lain. Bahkan Joon Gu sampai memegang tangan Ha Ni, memberitahukan cara memegang tongkat yang benar.


Seung Jo melihat mereka sedang berlatih dan berkomentar, “Tidak ada komedi yang lain selain ini!”

Joon Gu : “Apa, Baek Seung Jo? Kamu datang kemari untuk mencari tahu tentang strategi kami?”

Seung Jo senyum merendahkan, “Kalian punya strategi juga ternyata?”

Joon Gu tertawa dan meminta Seung Jo untuk bersiap menerima kekalahan, “Kami akan berusaha untuk menang”.

Seung Jo : “Lakukan apapun. Kelas kami tidak tertarik mengikuti turnamen olah raga. Kelas kalian yang akan menang”.

Joon Gu jelas merasa terhina, “Kamu sudah keterlaluan!” dan bersiap untuk berkelahi. Ha Ni segera mencegahnya. Seung Jo kembali menghina, “Benar-benar kasihan”.


Giliran Ha Ni yang tidak terima, “Apanya yang kasihan? Orang yang sedang berusaha sebaik-baiknya dikatakan ’kasihan’? kamu tidak akan berusaha dan kami yang akan menang?” Ha Ni memuji Joon Gu, “Joon Gu itu sangat cepat. Dan dia jago dalam berolah raga! Kamu bicara seperti itu karena kamu tahu?” Joon Gu jelas sangat senang dipuji oleh Ha Ni. Ha Ni melanjutkan, “Cuma karena kamu pikir itu milikmu, dasar pengecut! Ya sudah, kalah dari pertarungan akan mengakibatkan kita lebih ditertawakan lagi oleh si ‘Brengsek’ ini”.

Seung Jo kesal, “Apa? Brengsek?” Ha Ni menegaskan, “Benar! Brengsek!” Seung Jo tampak kesal.


Ibu mendengar tentang turnamen olah raga yang akan diikuti oleh Ha Ni dan Seung Jo. Ibu bingung akan mendukung siapa.

Seung Jo : “Pastinya Ibu tidak akan datang kan? Ini bukan turnamen anak SD!”

Ibu : “Tentu saja aku akan datang dan mengambil banyak foto”.

Eun Jo mengomentari, “Apa enaknya olah raga?” Lalu Ibu mengingatkan, “Eun Jo, kamu harus ikut tes lompat tali kan?” Sepertinya Eun Jo tidak tertarik dan tetap asik dengan mainannya. Ha Ni menawarkan untuk mengajari Eun Jo lompat tali. Eun Jo menolak, “Tidak usah. Apa sih yang orang bodoh bisa lakukan?!” Ibu kesal dengan tingkah anaknya ini.


Ha Ni hanya tersenyum, “Pertamanya memang aku tidak bisa juga. Tapi setelah rajin latihan, akhirnya jadi bisa”. Eun Jo bertanya, “Apa? Apanya yang bisa?”

Ha Ni : “Bukan begitu. Mereka bilang kalau kamu tetap menajamkan baja, lama-lama bisa menjadi sebuah jarum”.

Ibu memuji Ha Ni, “kapan kamu belajar peribahasa itu?” Ha Ni bilang nenek yang mengatakannya. Seung Jo hanya menatap Ha Ni.


Joo Ri memakai kostum Lady Gaga, dan Ha Ni memakai kostum boneka. Joo Ri menanyakan bahwa cuacanya panas dan Ha Ni malah memakai kostum itu. Ha Ni tersenyum, “Jang Mi yang memberikan ini. Dia bilang hanya kostum ini yang cocok denganku”. Joo Ri kesal mengetahui jang Mi memperlakukan Ha Ni seperti ini.

Ha Ni melihat Seung Jo, dan berpikir untuk mengerjainya. “Seung Jo tidak tahu kalau ini aku” pikir Ha Ni. Lalu Ha Ni menyentuh pantat Seung Jo dan berlari. Tapi tersandung dan akhirnya jatuh.


Seung Jo membantu Ha Ni berdiri dan mendudukkannya di kursi. Seung Jo membuka kepala bonekanya, “Kamu siapa?” dan “Kamu!” Seung Jo mencubit pipi Ha Ni.


Seung Jo kesal dan memakaikan kepala boneka itu lagi ke kepala Ha Ni, lalu berjalan pergi.


Ha Ni menari-nari dan memberikan semangat pada teman-temannya yang akan bertanding. Ha Ni melepaskan kostum kepala bonekanya karena merasa kepanasan dan tidak kuat lagi memakainya.


Tanpa diduga, Seung Jo memandang dan memperhatikan Ha Ni yang sedang kepanasan karena memakai kostum itu.


Semua murid dan guru kelas bersiap untuk tanding. Anak-anak kelas 3-1 tampak tidak bersemangat. Sementara anak kelas 3-7 sangat bersemangat.

Lomba pertama dimenangkan oleh kelas 3-7 dengan mudah.

Demikian juga diperlombaan kedua (tarik tambang), dimenangkan kelas 3-7.


Ibu yang datang ke sekolah, diam-diam sedang asyik memotret Seung Jo. Hong Jang Mi berteriak menyemangati Seung Jo, Ibu langsung memanggilnya untuk tidak berisik. Jang Mi mengenali Ibu Seung Jo, dan segera menghampirinya. Ibu Seung Jo tidak mengenali Jang Mi, dan Jang Mi memperkenalkan diri, “Saya Hong Jang Mi. Ibu saya dan saya pernah datang ke rumah Tante, Toko Kacamata Sagori” Jang Mi menjelaskan.


Ibu menegaskan apa Jang Mi mendukung Seung Jo? Jang Mi mengiyakan.

Ibu : “Kamu datang di saat yang tepat. Ah…saya sudah memutuskan untuk mendukung siapa! Kamu mendukung Seung Jo, oke?!” Jang Mi kebingungan tidak mengerti.


Anak-anak yang menjadi peserta lari estafet (lomba ketiga) sedang melakukan pemanasan.

Joon Gu mendekati Seung Jo, “Baek Seung Jo, Apa kamu sudah berpikir bagaimana rasanya mendapat kekalahan?” Seung Jo tidak mempedulikas Joon Gu.

Joon Gu : “Sepertinya ini berat untuk kalian. Kalau kalian melakukan setengah hati, bagaimana jadinya?” Joon Gu kesal karena Seung Jo bahkan tidak menghiraukannya sama sekali, “Hei brengsek! Jika seseorang bicara denganmu seharusnya kamu dengarkan. Apa kamu tuli?”

Akhirnya Seung Jo angkat bicara, “Apa kamu pelari terakhir?” Joon Gu kaget dan bereaksi, “Apa kamu pelari terakhir juga? Ha…biasanya yang paling cepat larinya adalah pelari terakhir. Apa kalian salah strategi?!” Seung tidak menghiraukan Joon Gu dan melakukan pemanasan. Joon Gu mencemooh, “Baek Seung Jo, apa kamu tahu caranya lari ketika balapan? Aku kira kamu hanya selalu duduk dan membaca buku setiap waktu. Ini adalah pengecualian bagi kamu”.

Seung Jo mengoreksi kata-kata Joon Gu, “Seharusnya tidak terduga, bukan pengecualian”. Joon Gu berpikir sejenak dan merasa kalau Seung Jo baru saja menantangnya.


Ibu Guru Song Kang Yi menghampiri Pak Guru Song Ji Oh, dan memanggilnya “Oppa”. Bu guru Kang Yi sebenarnya merasa malu karena harus memanggil Guru Ji Oh dengan sebutan oppa, karena umur mereka sama. Guru Ji Oh yang tidak senang dengan taruhan ini mengingatkan, “Kamu berkata kalau kamu memenangkan 3 ronde. Jadi jika kami memenangkan lomba lari ini, maka kamu tidak boleh mengungkitnya lagi”.


Lomba dimulai, Min Ah menjadi pelari pertama kelas 3-7. Bu Guru Kang Yi dan Guru Ji Oh menjadi pelari kedua. Min Ah mendahului pelari kelas 3-1, dan Guru Kang Yi menerima tongkat estafetnya lalu berlari secepatnya. Guru Ji Oh menyusul dan mendahului Guru Kang Yi. Guru Kang Yi menarik celana Guru Ji Oh, tapi malah jatuh sendiri dan tongkatnya terlepas. Ha Ni yang menjadi pelari ketiga, sangat cemas. Joon Gu berteriak menenangkan, “Ha Ni percayalah padaku, kau memiliki aku!” Seung Jo tampak tidak senang.

Guru Kang Yi segera bangun mengambil tongkatnya dan berlari. Tapi Guru Ji Oh sudah sampai ke pelari ketiga. Guru Kang Yi melempar tongkatnya ke arah Ha Ni yang langsung ditangkap. Ha Ni segera berlari mengejar pelari kelas 3-1, dan berhasil mendahuluinya.


Joon Gu dan Seung Jo menunggu sebagai pelari terakhir. Keduanya mengulurkan tangan.


Tiba-tiba Ha Ni melihat Seung Jo tersenyum dan mengulurkan tangan padanya, “Ini pertama kalinya, Seung Jo menatapku dan tersenyum” kata Ha Ni dalam hati.


Ha Ni bingung, dalam pandangannya Seung Jo memakai seragam kelasnya dan berdiri pada posisi Joon Gu. Ha Ni sampai lebih dulu, tapi melewati Joon Gu dan menyerahkan tongkatnya pada Seung Jo. Semua kaget, Ibu bahkan tertawa geli melihat apa yang dilakukan Ha Ni.


Seung Jo menerima tongkatnya sendiri dan berlari sembari berbisik pada Ha Ni, “Bodoh!” Bong Joon Gu memanggil Ha Ni dan meminta tongkatnya. Ha Ni baru sadar dengan apa yang dilakukannya dan berbalik menyerahkan tongkat pada Joon Gu yang segera berlari secepat mungkin. Ha Ni tidak percaya dengan apa yang baru saja dilakukannya.

Sebenarnya jarak Joon Gu dengan Seung Jo sudah sangat dekat. Tapi Seung Jo yang berhasil menjadi pemenang. Anak-anak kelas 3-1 sangat senang, bahkan Guru Ji Oh sampai menggendong Seung Jo karena sangat gembira (Guru kang Yi tidak akan memanggilnya ‘Oppa’).


Ha Ni merasa bersalah dan malu pada teman-temannya. Diam-diam memakai kostum bonekanya lagi, tapi ketahuan teman-temannya yang langsung memukulinya karena kesal, “Hei, Oh Ha Ni!…Pizza kita!”


Joon Gu sangat kesal dan kecewa karena harus kalah dari Seung Jo. Seung Jo melihat Joon Gu dan menghampirinya. Joon Gu yang masih kesalpun berkata, “Hei, Baek Seung Jo! Jangan pikir kau sudah menang! Ini semua gara-gara Bu Guru jatuh!”

Seung Jo : “Biasanya seseorang akan banyak bicara, kalau mereka kalah dalam pertarungan”. Seung Jo meninggalkan Joon Gu yang sedang marah. Seung Jo tersenyum terlihat puas dan senang.

Ibu tersenyum melihat itu dan segera memotretnya.


Anak-anak kelas 3-7 berkumpul di ruang olah raga. Mereka menyalahkan Bu Guru Kang Yi yang jatuh, sehingga mereka kalah dan meminta bu Guru untuk tetap membelikan pizza. Bu Guru menolak karena dia sudah melempar tongkat ke Oh Ha Ni. Lalu semua menanyakan di mana Oh Ha Ni. Ternyata Ha Ni bersembunyi, teman-teman lalu menyalahkan Oh Ha Ni dan memintanya untuk membelikan pizza.

Joon Gu jelas saja membela Ha Ni, “Seseorang bisa saja kebingungan. Tapi Ha Ni telah berusaha keras” Joon Gu lalu minta maaf pada Ha Ni karena tidak mengulurkan tangannya lebih jauh. Lalu semua meminta Joon Gu yang mentraktir. Tapi Joon Gu tidak punya uang sebanyak itu untuk membeli pizza.


“Saya akan belikan kalian pizza!” Seseorang datang, yang ternyata adalah Ibunya Seung Jo. Ibu memuji mereka semua dan bilang kalau dia sangat terhibur melihat aksi mereka, karena itu dia akan membelikan pizza untuk semua. Ibu Guru Kang Yi bertanya, “Tapi anda ini siapa?” Kepala sekolah akan memberitahu, tapi ibu memotong, “Fan nya Ha Ni, Oh ha Ni!” Ha Ni kaget mendengar itu. Ibu melanjutkan, “Saya datang hari ini untuk memberi dia semangat” Ibu melihat Ha Ni dan Ha Ni tersenyum senang.


Semua bergembira dan memakan pizza yang dibelikan ibu Seung Jo. Kegembiraan hari itu diakhiri dengan foto bersama.


Ha Ni merasakan sakit di seluruh badannya, dan akan turun untuk mengambil koyo. Saat keluar dari kamar, “Kamu belum tidur?” suara Seung Jo mengagetkan Ha Ni. Seung Jo ada di balkon dan sedang asik dengan iphon-nya, Ha Ni menghampiri.

Seung Jo bertanya, “Kamu kesakitan?” Seung Jo menunjuk badan Ha Ni yang merah-merah. “Karena Kamu mengorbankan hidupmu, kamu pasti terluka. Kamu benar-benar berusaha dengan baik”.


Ha Ni : “Hal terakhir yang bisa kulakukan adalah berusaha yang terbaik. Kamu beruntung, pandai dalam segala hal. Bahkan kamu bisa berlari cepat”. Seung Jo menambahi, “Aku jago bermain basket dan berenang juga”. Ha Ni tidak heran, “Dasar tukang pamer!”

Seung Jo : “Kamu tampaknya sedih dalam beberapa hari ini? Kenapa kamu memberikan tongkatnya padaku?” Ha Ni merasa kalau Seung Jo sedang mengolok-oloknya.

Seung Jo : “Kamu pasti merasa bersalah pada teman-temanmu?” Ha Ni mengangguk.


Ibu datang membawakan obat untuk Ha Ni. Saat melihat Seung Jo dan Ha Ni sedang ngobrol, Ibu mengurungkan niatnya. Ibu bersembunyi untuk mencuri dengar.


Ha Ni menceritakan pada Seung Jo kalau Mama Seung Jo datang ke sekolah dan membelikan pizza untuknya dan teman-teman. Bahkan mereka berfoto bersama. Jadi semua baik-baik saja. Seung Jo menegaskan, “Mamaku? Seperti biasa, Dia memang tidak bisa dicegah. Keluarga lain bilang kalau Ayah atau anak-anak yang jadi biang masalah. Tapi di keluarga kami, mamaku yang jadi pembuat masalah” Seung Jo melihat ke tempat persembunyian mama.

Ha Ni tersenyum, “Kenapa? Aku sangat suka mamamu. Sangat suka!” Seung Jo heran, “kamu sangat suka dia?” Ha Ni meyakinkan kalau dia sangat menyukai mama Seung Jo.

Seung Jo senyum, “Sepertinya kamu sangat bahagia?”

Ha Ni mengangguk, “Aku tidak pernah tahu bagaimana rasanya kalau mamaku datang ke sekolah sebelumnya. Dia meninggal dunia sewaktu aku masih kecil.

Tentu saja nenek dan ayahku yang datang ke sekolah. Tapi, walaupun aku sangat berterima kasih, aku kira aku tidak benar-benar senang dengan itu. Ku pikir, apakah itu akan membuat mereka kecewa? Tapi hari ini, aku merasa seperti mamaku sendiri yang datang”.


Mama Seung Jo yang ikut mendengarkan, merasakan sesuatu dalam hatinya.

Seung Jo mendengarkan cerita Ha Ni, sepertinya merasa tersentuh. “Turunlah dan minta koyo pereda sakit”. Ha Ni bilang akan membantu menyiapkan makan malam. Seung Jo mencegah, “Kamu isti (rahat)…” menyadari sesuatu dan mengalihkan, “Ya, karena kamu tinggal di sini, sudah seharusnya ikut membantu” dan beranjak pergi. Tapi berhenti, “Kostum yang kamu kenakan tadi pagi, apa itu?” Ha Ni menjawab, “Oh itu, Kanggira Pompuri. Kamu tidak tahu?” Ha Ni menunjukkan sambil menari “oowee boong oowee boong!” Seung Jo menatap Ha Ni, “Sangat imut” dan Seung Jo pergi.

Ha Ni : “Baiklah, kau boleh mengejekku. Bagaimana dia hanya bisa membuat seseorang merasa malu. Tapi apa katanya, telinga? (kata “cute” terdengar seperti telinga) Apa aku tidak punya telinga?”


Mama dan Ayah Seung Jo melihat foto-foto yang diambil Mama di sekolah. Ayah berkomentar kalau Ha Ni adalah anak yang menyenangkan. Mama mengatakan, “Rumah kita seperti ‘rumah’ yang sebenarnya sejak Dia pindah ke sini” Ayah membenarkan.

Mama : “Seung Jo juga, lihat ekspresinya. Terkecuali sewaktu dia kecil, sudah lama saya tidak melihat ekspresi Dia yang seperti ini” lalu mama mengusulkan untuk berlibur sebelum musim panas berakhir dan berkemah.

Tapi ayah tidak setuju karena anak-anak sudah kelas 3 SMA. Mama beralasan, justru itu lebih baik karena setelah mereka masuk universitas, tidak akan ada kesempatan lagi.


Papah mengadakan pesta di restorannya untuk merayakan keberhasilan Ha Ni masuk ruang belajar. Seung Jo tampak tidak bersemangat. Papah sangat berterima kasih pada Seung Jo yang sudah membantu Ha Ni belajar hingga berhasil.

Ayah mengajak semua minum-minum, terutama Ha Ni. Papah mengijinkan Ha Ni minum tapi hanya satu gelas saja. Ibu memuji Ha Ni yang sudah belajar sangat giat sampai mendapat keberhasilan. Papah menyebut Ha Ni sebagai “Siputnya Nuh” itu adalah panggilan Ha Ni yang diberikan oleh neneknya.


Papah mengatakan kalau Siput yang ini tidak ada yang menjaganya, jadi dia merayap tidak mengenal lelah setiap harinya. Dan pada akhirnya bisa masuk ke dalam bahtera. Ha Ni menambahi, “Saya sangat pintar bekerja untuk sesuatu dalam jangka panjang”. Seung Jo menatap Ha Ni tidak percaya dan terus menatapnya.


Ayah Seung Jo dan Papah Ha Ni bermain gitar dan bernyanyi. Ha Ni, Mama Seung Jo dan Eun Jo menikmati permainan mereka. Sedangkan Seung Jo asik dengan iphon-nya.

Ha Ni melihat Seung Jo dan mengenang masa-masa dimana dia hanya memandang dan melihat pada Seung Jo. Mengingat semua itu, membuat Ha Ni jadi sedih. Papah dan Ayah menyelesaikan permainannya, Ha Ni dan Mama bersorak dan bertepuk tangan.

Mama meminta Seung Jo untuk menyanyi, Seung Jo berkata kalau mamanya sudah mabuk.


Ha Ni yang sudah mabuk bertanya : “Akankah Seung Jo yang sangat hebat, bernyanyi di tempat seperti ini?” Papah bilang Ha Ni mabuk tapi Ha Ni menyangkal dan melanjutkan, “Sakitnya, Papah…Dia hanya menganggapku sebagai orang yang menyebalkan. Itu artinya kita hidup dari mereka” Seung Jo terkejut dengan kata-kata Ha Ni, “Tidak seperti itu” Eun Jo malah membenarkan kata-kata Ha Ni. Ayah dan mamah memarahinya.

Ha Ni : Baek Seung Jo, karena kamu hebat…apakah boleh mengabaikan orang lain? Bahkan melarang saya mengatakan kalau kita tinggal bersama. Bagaimana saya harus menjelaskannya pada teman-teman?


Ha Ni benar-benar mabuk dan memaki Seung Jo. Seung Jo tidak tahan dan mengajak yang lain pulang.


Tapi itu semakin membuat Ha Ni memakinya, “Lihat kan, dia benar-benar tidak peduli dengan ucapan orang. Selalu sinis, menertawai orang lain dan memilih untuk mengatakan sesuatu yang membuat orang terlihat buruk. Huh…Saya benar-benar tidak menyukainya”

Mama Seung Jo kecewa karena ternyata Ha Ni sangat tidak menyukai Seung Jo. Padahal Mama melihat mereka berdua sangat serasi pada turnamen olah raga. Ha Ni mengatakan sangat menyukai Ayah Seung Jo, Mama Seung Jo dan juga Eun Jo, tapi tidak dengan Baek Seung Jo.


Seung Jo tersenyum : Benarkah? Kamu mengatakan hal yang berbeda. ‘Sebenarnya, saya tidak memanggil kamu Seung Jo. Saya sebut kamu peri hutan. Setelah kejadian itu, saya merasa terluka untuk beberapa hari. Aku memiliki waktu yang sulit. Setidaknya sekali, saya berpapasan denganmu di sekolah. Tapi saya ingin bertemu kamu tiap hari. Dalam mimpi saya, kamu begitu menarik’ dan Ha Ni kesal, lalu melemparkan makanan pada Seung Jo.

Ha Ni sangat marah dan memaki Seung Jo lagi. Mama kaget apakah Ha Ni menulis surat cinta pada Seung Jo, dan papah menyadari kalau lelaki yang disukai Ha Ni itu adalah Seung Jo?

Ha Ni menuduh Seung Jo sengaja menghafalnya untuk mempermalukan Ha Ni. Seung Jo dengan dingin berkata, “Apa yang harus aku lakukan kalau aku bisa menghafalnya dengan membaca sekali saja?” Ha Ni sempoyongan, “Baiklah, sekarang semua sudah berakhir. Aku sudah menghapus semua perasaanku padamu” Seung Jo tersenyum sinis, “Benarkah?” Ha Ni membenarkan, “Licik, karena ini sangatlah menyedihkan. Saya tidak sanggup untuk melanjutkannya lagi. Saya benar-benar tidak menyukaimu!”

Ha Ni benar-benar mabuk dan tidak sanggup berdiri. Mama meminta Seung Jo untuk membantu Ha Ni, tapi Papah bilang akan menggendongnya. Ternyata papah tidak kuat

Akhirnya Seung Jo yang harus menggendong Ha Ni, “Oh, sangat menyebalkan!”


Mereka pulang bersama. Seung Jo yang menggendong Ha Ni berjalan di depan, para orang tua dan Eun Jo mengikuti di belakang. Ayah Seung Jo Berkata pada Papah Ha Ni, “Ki Dong, apakah kita akan menjadi besan?” Eun Jo mendengar itu jelas tidak setuju, “Itu tidak masuk akal. Jika itu terjadi, maka saya akan keluar dari rumah” mama langsung memukulnya.

Tiba-tiba mama berhenti dan memandangi Seung Jo dan Ha Ni. Semua ikut berhenti dan memandang mereka juga.


Ha Ni masih saja memaki Seung Jo. Seung Jo berkata, “Oh Ha Ni kau memang hebat. Pada akhirnya kau digendong juga” Ha Ni yang setengah sadar bertanya, “Apa yang kamu katakan?” Seung Jo, “Saya berkata Oh Ha Ni memang hebat” Ha Ni tersenyum mendengarnya.

Ha Ni sadar dan kaget, “Hei, turunkan saya. Kenapa kamu menggendong saya?”

Seung Jo menggoda, “Kamu bilang kalau kamu sudah membuang perasaanmu padaku” Ha Ni membenarkan. Seung Jo, “Kalau begitu, kenapa jantungmu berdetak kencang seperti itu? Apa kamu baik-baik saja? Hatimu?!” Ha Ni bingung dan memegang dadanya.

Seung Jo melanjutkan, “Tapi…sepertinya lebih serius dari yang aku perkirakan, Oh Ha Ni. Jika seperti itu, apa kamu pikir bisa memiliki bayi dan membesarkannya?” Ha Ni kaget dan melihat ke dadanya, lalu mendorong Seung Jo. Seung Jo berteriak, “Hei! Hei!” (entah jatuh atau tidak, tidak ada kelanjutannya) semua melihat dan terkejut.


Paginya, mama mencetak foto Ha Ni dan Seung Jo yang ketiduran saat belajar, dan menyelipkannya di buku Ha Ni. Ha Ni yang masih tidur, tidak mengetahuinya.


Mama Seung Jo melihat pakaian dalam Ha Ni yang digantung di kamarnya. Ha Ni bangun dan merasakan sakit kepala akibat terlalu banyak minum semalam. Mama Seung Jo mennyuruh Ha Ni turun untuk sarapan, dan meninggalkan Ha Ni dengan membawa pakaian dalamnya yang sudah kering. Ha Ni kaget dan menyadari hari sudah siang.


Ha Ni bercermin dan memegang dadanya, mengingat apa yang dikatakan Seung Jo semalam. Lalu Ha Ni berpikir dan mengambil kaos kaki. Ha Ni menggunakan kaos kaki untuk membuat dadanya tampak lebih besar.

Ha Ni pergi ke kamar mandi dan bertemu Seung Jo. Ha Ni merasa kikuk, dan mereka tidak saling bicara.


Mama Seung Jo menyiapkan sarapan di teras karena cuaca yang cerah. Ha Ni turun untuk sarapan. Eun Jo memanggil Ha Ni seorang pecandu alkohol. Ha Ni meminta maaf pada Mama Seung Jo karena semalam telah membuat banyak kesalahan saat mabuk. Mama merasa kalau Ha Ni tidak membuat kesalahan apapun, bahkan menganggap semua sangat menyenangkan. Sementara Seung Jo melatih Eun Jo bermain lompat tali.

Melihat Eun Jo berlatih lompat tali, Ha Ni menyarankan agar Eun Jo menggunakan pergelangan tangan untuk mengayunkan talinya. Eun Jo meminta Ha Ni untuk tidak ikut campur. Eun Jo terus berlatih, tapi tetap tidak bisa dan dia mulai menyerah. Ha Ni kembali menyarankan, “Eun Jo ya, letakkan sikumu seperti ini” Ha Ni mendekatkan sikunya ke badan. Eun Jo kesal dan menyuruh Ha Ni untuk mencobanya sendiri.


Ha Ni mulai bermain lompat tali dan mengajari Eun Jo, bagaimana cara melakukan yang benar. Mama memuji Ha Ni sangat pandai bermain lompat tali. Seung Jo membaca koran, tapi sebenarnya dia juga menikmati permainan Ha Ni. Ha Ni meminta Eun Jo untuk mencobanya, dengan Ha Ni yang melatih. Ternyata Eun Jo ada kemajuan, dan mulai bisa melakukan permainan dengan baik. Ha Ni menanyakan lagu apa yang akan digunakan Eun Jo. Eun Jo akan menggunakan lagu Sunset Glow, lalu Ha Ni menyarankan lagu Jump Jump Jump.


Seung Jo melihat sesuatu di lantai, “Apa itu?”


“Kelihatannya itu adalah kaos kaki!” Seung Jo akan mengambilnya.


Ha Ni kaget dan melihat ke dadanya. Ha Ni berteriak, “Tidakkk!” dan melompat. Mama, Eun Jo dan Seung Jo terkejut melihat reaksi Ha Ni.


Esoknya di sekolah, Joo Ri merapikan rambut Ha Ni dan Min Ah yang memegang cermin. Ha Ni menceritakan fasilitas yang ada di ruang belajar khusus, “Ada AC dan semua mendapatkan computer. Koneksi internet sangat cepat, pasti asik untuk bermain permainan internet”.

Joon Gu datang dan menanyakan apakah Ha Ni sudah makan. Ha Ni menjawab sudah, lalu meminta Joon Gu mengambilakan bukunya.


Ha Ni membuka halaman buku dan Joon Gu melihat ada yang jatuh. Joon Gu mengambilnya dan sangat kaget dengan apa yang dilihatnya. Bye-bye see, Min Ah dan Joo Ri jadi penasaran, dan mereka benar-benar terkejut. Mereka semua menatap Ha Ni mengharap penjelasan.


Ha Ni yang tidak tahu apa-apa, jadi bingung dengan reaksi taman-temannya. “Apa? Apa ini?” Ha Ni mengambil foto yang dipegang Joon Gu. Ha Ni melihat dirinya dan Seung Jo yang tidur bersama dalam foto (bahkan ada alamat blognya mama Seung Jo). Ha Ni jelas lebih terkejut!!! Lalu berusaha memakan fotonya itu, Joo Ri segera merebut foto itu dari Ha Ni. Sementara Joon Gu sangat sedih dan tertunduk lemas.

Joo Ri berteriak, “Oh Ha Ni, mengapa kamu tidur dengan Baek Seung Jo?!” Teman-teman yang lain datang dan mengerumuni Ha Ni. Ha Ni bingung dan menyangkalnya, “Tidak, itu, kami tidak tidur bersama!” Joon Gu sampai menangis dan memegang tangan Ha Ni.


Anak-anak di ruang yang lain mulai mendapatkan pesan gambar ini. Sepertinya Mama Seung Jo sengaja menyebarkan gambar Ha Ni dan Seung Jo melalui internet. Hong Jang Mi juga menemukan gambar ini saat mengakses internet. Siswi-siswi mulai bergosip tentang Oh Ha Ni yang mungkin tinggal bersama dan berpacaran dengan Seung Jo.


Min Ah dan Joo Ri akhirnya tahu kalau Ha Ni tinggal di rumah Baek Seung Jo. Mereka mendengar kalau keluarga Seung Jo itu sangat kaya. Joo Ri penasaran dan sangat ingin pergi ke rumah Seung Jo. Jelas saja Ha Ni menolak, tapi Joo Ri terus memaksa.


Seung Jo heran dengan teman-temannya yang bersikap aneh padanya. Begitu juga dengan gadis yang selalu mendekatinya, bahkan tidak menyapa Seung Jo.


Seung Jo sangat terkejut saat melihat gambar di monitor komputernya. Bukan hanya komputernya, tapi semua monitor komputer di kelas Seung Jo, menampilkan gambar Seung Jo dan Ha Ni yang sedang tidur bersama.


Seung Jo sangat kesal, “Urgh…Oh Ha Ni!!!” Dia benar-benar pusing!




PK 2

Tidak ada komentar:

Posting Komentar