Jumat, 12 November 2010

Playful Kiss Episode 4

Ha Ni terpaksa mengajak Joo Ri dan Min Ah untuk melihat rumah keluarga Baek. Ha Ni sangat khawatir kalau Seung Jo melihatnya membawa teman-teman ke rumah, Dia pasti sangat marah. Hanya sampai di depan pagar, Ha Ni meminta Min Ah dan Joo Ri untuk segera pergi. Tapi tiba-tiba, Mama Seung Jo keluar. Mama Seung Jo mengenali Min Ah dan Joo Ri sebagai teman dekat Ha Ni. Joo Ri juga langsung mengenali bahwa mama Seung Jo adalah wanita misterius yang mentraktir mereka pizza. Mama Seung Jo meminta mereka masuk untuk mencicipi es krim buatan Mama.


Ha Ni panik dan benar-benar bingung, tidak bisa mencegah keinginan Mamah Seung Jo ini.


Ternyata diam-diam Joon Gu mengikuti Ha Ni sampai di rumah. Joon Gu benar-benar sedih.


Mama, Ha Ni, Min Ah dan Joo Ri makan es krim bersama dan mereka menceritakan tentang kejadian di sekolah. Mama memberitahukan kalau dialah yang menaruh foto itu di buku Ha Ni, Ha Ni tidak percaya ini dan mereka tertawa. Tepat di saat Seung Jo pulang, “Kamu sangat menyukai ini kan?” Ha Ni kaget dan mereka melihat pada Seung Jo.


Eun Jo juga turun dari kamarnya. Seung Jo, “Apa menyebarkan gosip tidaklah cukup, jadi kau membawa mereka ke sini?” Seung Jo kesal dengan Ha Ni. Ha Ni merasa tidak enak. Eun Jo juga memarahi Ha Ni karena berbuat sesukanya di rumah ini.

Mama membela, “Aku yang mengundang mereka. Ini sangat menyenangkan, terasa seperti ada orang yang tinggal disini. Tapi teman-teman Ha Ni bertanya apa benar aku ini ibumu. Menurut mereka, aku lebih pantas menjadi kakakmu!”

Ha Ni tidak bisa berkata apa-apa dan merasa bersalah.

Seung Jo benar-benar marah, “Oh Ha Ni! Apakah kamu mengetes kesabaranku? Aku menyuruhmu untuk berhenti melakukan ini, dan tidak ikut campur dengan hidupku! Sejauh apa kamu akan melakukan semua ini? Tolong berhenti!”


Mama berdiri, “Kamu pikir kamu sedang melakukan apa sekarang? Aku yang mengambil foto itu, dan aku juga yang menaruh foto itu di buku tanpa mengatakan pada siapapun. Kenapa kamu seperti ini?” Seung Jo kesal pada Mamanya dan meminta mama untuk menghapus blognya.

Mama tidak terima, “Apa yang membuat kamu berhak mengatur kegemaran dalam hidupku?” Seung Jo langsung membalas, “Apakah mengganggu kehidupan putramu juga hobimu?” Mama sudah mengetahui semuanya, “Berita tersebut sudah tersebar, lalu apa yang perlu disesali?”


Seung Jo sudah tidak tahan dan bergegas naik ke kamarnya.

Teman-teman Ha Ni segera pamit, tapi Mama mencegah mereka dan meminta mereka untuk makan malam bersama. Karena mereka tetap ingin pergi, akhirnya Mama mengajak mereka untuk ikut pergi ke pantai pada hari Minggu. Tapi Ha Ni menolak karena mereka ada kelas. Mama bilang kalau tidak masuk satu hari itu tidak apa-apa dan ini akan sangat menyenangkan. Mereka setuju, mama juga mengingatkan agar mereka membawa baju renang. Sementara Ha Ni masih mengkhawatirkan Seung Jo.


Joon Gu menelpon Bapaknya dan meminta untuk dikirimkan uang. Bapaknya bertanya apakah Joon Gu sakit atau telah membuat kesalahan? Bapak Joon Gu juga menanyakan berapa uang yang dibutuhkan Joon Gu. Joon Gu menjawab, “3000 saja. Saya akan menggunakan uang itu untuk pesta pernikahanku. Saya membutuhkan 3000”. Bapaknya bertanya, “Akankah 3000 itu cukup? Baiklah, Saya akan memberikannya”.

Joon Gu sangat senang dan berterima kasih pada Bapaknya. “Tapi kenapa kamu harus bekerja keras hanya untuk 3000 Won (2.5 USD)?” Joon Gu kaget, “Apa? 3000 Won? Ayah apakah kamu bercanda denganku?” Bapak Joon Gu memarahi dan memaki anaknya ini, “Bajingan kecil! Kamu mau 30.000.000 Won (25.600 USD)!” menasehati Joon Gu dan menutup telponnya.


Joon Gu, “Apa kamu tahu, untuk melindungi seseorang yang kamu sukai, kamu harus mempunyai uang”. Tiba-tiba seseorang menyuruhnya diam, orang ini sedang tidur dan merasa terganggu dengan Joon Gu yang berisik.

Orang ini bertanya, “Mengapa kamu bisa kehilangan cintamu, anak muda? Hanya karena uang?” Joon Gu tidak tahan dengan bau badan orang ini yang sepertinya tidak pernah mandi.

Orang itu melanjutkan, “Cinta adalah kesepian karena takdir adalah yang utama. Menempatkan segala sesuatu pada yang utama, itulah mengapa kesepian. Ketika hidup terasa berat dan kamu merasa kesepian, cinta adalah hal yang membuat dunia terlihat indah. Kamu berkata demikian karena kamu tidak menyadari betapa kesepiannya cinta itu sendiri” Joon Gu hanya mendengarkan tapi tidak mengerti.


“Tapi, apa itu berarti kamu menyerah dalam cinta? Pemuda yang gemerlang! Tidak akankah kamu merasa bersalah pada (Van) Gigh jika merasa hidupmu lebih tidak bahagia dari kamu?” Joon Gu bingung karena tidak mengerti dengan apa yang dibicarakan orang ini, “Taruh semua yang kamu punya di garis depan. Tidak akan menyesal meskipun akan kehilangan. Kamu harus melakukannya jika benar-benar jatuh cinta” lalu orang ini pergi.

Akhirnya Joon gu mengerti apa yang harus dilakukannya untuk Ha Ni.


Ha Ni bertemu Seung Jo saat akan ke kamar mandi. Seung Jo yang masih marah minta Ha Ni untuk mendengarkan dengan baik, “Meskipun tinggal disini adalah sesuatu yang sangat saya benci, orang dengan pikiran jelek seperti kamu. Tidak bisa menghadapi situasi ini, biarkan masing-masing mengerti posisinya.” Ha Ni hanya berdiri diam dan mendengarkan, tapi hatinya terasa sakit.


“Bertingkah seperti mereka tahu apa yang terjadi dan mengganggu orang lain. Jangan membuatku mengulangi kata-kataku lagi! Apa yang kukatakan bahwa kamu sudah berada di luar pikiranmu tidak hanya omong kosong”. Seung Jo pergi meninggalkan Ha Ni yang sangat terpukul dengan kata-kata Seung Jo. Di kamar mandi, Ha Ni berusaha menahan tangisannya.


Ha Ni sedang menelpon temannya, dia mengatakan kalau dia baik-baik saja. Ha Ni bisa mengerti dengan apa yang dilakukan Seung Jo. Seung Jo pasti berpikir kalau Ha Ni sudah merencanakan semuanya. Jika Ha Ni ada di posisi Seung Jo, Ha Ni juga pasti akan marah.


Seung Jo yang kamarnya bersebelahan dengan kamar Ha Ni, dapat mendengarkan percakapan Ha Ni dan temannya itu. Keduanya melihat keluar jendela, tenggelam dalam pikirannya masing-masing.


Pagi hari semua sudah bersiap pergi piknik. Seung Jo akan berangkat sekolah, mama memintanya ganti dan untuk bersiap pergi. Seung Jo bingung, mama menjelaskan kalau mereka akan pergi berkemah selama dua hari satu malam.


Seung Jo protes, “Bagaimana dengan sekolah?” Ternyata Mama sudah menelpon sekolah untuk minta ijin. Tiba-tiba hp Seung Jo berbunyi, itu dari Eun Jo, “Kak aku diculik! Aku bangun dan menemukan diriku ada di mobil” lalu Ayah mengancam agar Seung Jo ikut.

Papah Ha Ni bicara melalui intercom, mengatakan kalau ada yang mau ikut juga, ternyata Hong Jang Mi.


Di sekolah, Joon Gu heran kenapa Ha Ni belum juga datang. Guru kang Yi masuk dan menjelaskan kalau Oh Ha Ni, Min Ah dan Joo Ri tidak berangkat sekolah selama 2 hari, karena mereka pergi ke pantai bersama keluarga Baek Seung Jo. Joon Gu mendengar itu, bagai disambar petir sampai kepalanya sangat sakit.


Joon Gu berpikir untuk menyusul Ha Ni, tapi dia tidak punya uang. Dia melihat wakil kepala sekolah yang menaiki scutternya, Joon Gu memikirkan sesuatu. Joon Gu mengatakan pada wakil kepala Sekolah kalau orang tuanya tiba-tiba mengalami kecelakaan, dan dia harus secepatnya pulang. Wakasek menyuruhnya cepat pulang. Joon Gu beralasan dia terburu-buru tapi tidak punya cukup uang, karenanya Joon Gu berniat meminjam motornya wakasek. Joon Gu juga mengatakan kemungkinan kalau orang tuanya akan meninggal.


Akhirnya wakasek meminjamkan motornya, Joon Gu segera pergi dengan motor butut itu. Saat berhenti di lampu merah, Joon Gu bertemu dengan sales yang memberinya korek api. Meminta Joon Gu dating di tokonya yang baru saja dibuka. Ternyata toko yang dimaksud adalah panti pijat, tapi Joon Gu berpikir untuk menyimpan korek apinya.


Keluarga Baek bertamasya menggunakan Van besar yang memuat banyak penumpang, dan mampu mengangkut banyak perlengkapan, bahkan dilengkapi dengan kulkas dan juga karaoke.

Jang Mi menawarkan semangka yang dibawanya pada Seung Jo dan mengatakan kalau semangkanya sangat manis seperti madu. Ibu yang tidak menyukai Jang Mi berkata kalau semangka seharusnya berasa semangka. Kalau rasanya madu tentu saja itu madu. Ayah Seung Jo dan Papah Ha Ni mengangguk-angguk. Joo Ri heran bagaimana Jang Mi tahu kalau mereka akan bertamasya. Ternyata diam-diam Jang Mi mendengarkan pembicaraan Ha Ni, Min Ah dan Joo Ri saat ada di ruang kesenian.


Jang Mi mengajak Seung Jo berkaraoke, Ibu langsung memotong, “Memangnya apa ini? Bis wisata? Mengapa kamu harus menyanyi?” Suasana menjadi tidak enak. Ha Ni yang sejak tadi hanya diam saja, akhirnya mengajak mereka untuk bermain tebak kata. Mama langsung menyetujui usul Ha Ni ini. Jang Mi tidak setuju dan menganggap itu kekanak-kanakan. Ibu membela Ha Ni, “Wah, Ha Ni idemu itu sangat bagus!” Jang Mi kaget dan merasa kesal. Permainan ini terdiri dari empat kata, orang yang mendapatkan giliran harus meneruskan kata yang terakhir. Ibu menentukan hukuman, jika tidak dapat menebak kata, maka harus menulis nama menggunakan pantat.

Akhirnya semua mengikuti permainan ini. Tiba giliran Seung Jo yang harus menggunakan kata “Go” sebenarnya dia tidak tertarik mengikuti permainan ini, tapi Ha Ni dan Ibu mulai menghitung. Seung Jo, “Go Jang Nan Myeong” (membutuhkan bantuan untuk menyelesaikan sesuatu). Ha Ni salah mendengar dan tertawa, “Go Jang Nan Byeong, apa artinya? Seharusnya “Go Jang Nan Cha” (mobil rusak)!” Seung Jo hanya mendesah.


Jang Mi meneruskan dengan, “Myeong Myeong Baek Baek” dan tibalah giliran Ha Ni dengan kata “Baek”.

Ha Ni bingung, kata apa yang dimulai dengan kata “Baek”, dan berpikir. Eun Jo mulai menghitung, dan Ha Ni spontan mengatakan, “Baek Seung Jo Jjang!!” (Baek Seung Jo Hebat) yang lain kaget dan tidak percaya kalau Ha Ni akan mengatakan itu, lalu mereka tertawa. Seung Jo tersenyum geli, “Kamu ingin sekali mengucapkan kata-kata itu, makanya kamu mengusulkan permainan ini ya?!”

Ha Ni jadi malu, “Tidak! Apa kamu gila? Hanya tidak ada kata-kata lain saja!” sembari memukul Seung Jo pelan.


Akhirnya mereka sampai di tujuan, para orang tua sibuk mempersiapkan tenda dan yang lainnya. Anak-anak sibuk berganti pakaian.


Setelah semuanya siap, Mama memanggil anak-anak untuk mengambil minuman. Papah Ha Ni melihat anaknya memakai baju renang, merasa menyesal mengapa dia tidak membelikan Ha Ni bikini. Mama Seung Jo menanggapi kalau Ha Ni kelihatan polos dan cantik, seperti anak SMA yang seharusnya. Sebenarnya itu ditujukan pada Jang Mi yang memakai bikini yang terlalu minim.


Eun Jo merasa aneh karena Ha Ni memakai pelampung, bahkan dirinya yang masih kecil saja tidak memakai pelampung. Ha Ni mengatakan kalau dia tidak pandai berenang.

Mama, “Seung Jo, bukankah Ha Ni kelihatan cantik? Bukankah dia nampak seperti pelajar SMA?” Seung Jo dengan dingin, “Dia kelihatan seperti anak SD” Ha Ni merasa kesal. Tapi para orang tua memberinya semangat dan berkata kalau Ha Ni sangat cantik.


Seung Jo memberikan Ha Ni kaos kaki dan mengatakan kalau Ha Ni memerlukannya. Min Ah bingung kenapa Seung Jo memberi Ha Ni kaos kaki, Ha Ni berpikir dan ingat kejadian saat mengajari Eun Jo main lompat tali.


Ha Ni sangat marah, “Tuhan, aku akan bunuh orang ini biar pergi ke neraka” dan segera menghampiri Seung Jo. Tapi kakinya tersangkut tali tenda dan dia terjatuh, semua terkejut melihat Ha Ni. Seung Jo, “Oh Ha Ni, apa kau baik-baik saja?”


Ha Ni semakin kesal saja dan segera bangun, berlari kearah Seung Jo yang buru-buru kabur. Ha Ni jatuh lagi, Seung Jo mendekat dan semakin menggodanya, “Apa kamu baik-baik saja? Tidak terjadi apa-apa kan? Kaos kaki itu untuk kamu pakai” Seung Jo lari dan Ha Ni mengejarnya dengan sangat kesal, “Baek Seung Jo!!!”


Joon Gu sudah mendekati tempat piknik, tiba-tiba motornya mogok. Dia sangat kesal dan memaki motor butut itu. Berpikir mungkin saja bensinnya habis, dan berusaha melihat ke dalam tangki bensin. Karena terlalu gelap, Joon Gu tidak bisa melihat, tapi teringat akan korek api dan mencoba menggunakannya untuk melihat ke dalam tangki.

Joon Gu mendekatkan korek yang menyala di mulut tangki, tiba-tiba koreknya jatuh dan…Buumm!! Beberapa bagian bahkan jatuh ke pantai.


Ha Ni dan kedua temannya bermain air di pantai dan berfoto bersama. Dua bersaudara Baek bermain bola dengan Jang Mi. Kedua teman Ha Ni menganggap sikap Jang Mi pada Seung Jo sangat berlebihan.


Sementara kedua ayah mengubur tubuhnya dalam pasir dan ibu bersantai di dekatnya. Ibu memanggil anak-anak untuk makan semangka, semua bergegas mendekat ke tempat para orang tua bersantai.


Eun Jo menggoda Ha Ni, “Oh Ha Ni, Bbong…sebatang pohon jatuh dan terkentut” Ha Ni merasa kalau Eun Jo sudah keterlaluan dan mengejar Eun Jo yang segera berlari menjauh. Eun Jo berlari ke pantai dan semakin ke tengah, Ha Ni tidak berani mendekat karena tidak membawa pelampung.


Ha Ni melihat Eun Jo yang hampir tenggelam dan mengira kalau Eun Jo sedang mempermainkannya. Kemudian Ha Ni menyadari kalau Eun Jo benar-benar tenggelam. Ha Ni kebingungan, berusaha memanggil meminta bantuan, tapi tidak ada yang mendengar. Yang lain sedang menikmati semangka, melihat pada Ha Ni dan Eun Jo yang mereka pikir sedang asik bermain. Jang Mi berkata kalau tingkat kedewasaan Ha Ni dan Eun Jo itu sama. Mama membantah dan bilang kalau mereka berdua hanya masih polos.


Ha Ni memilih untuk terjun menolong Eun Jo, meskipun tidak bisa berenang.


Kedua teman Ha Ni menyuapkan semangka pada kedua ayah yang merasa tenggorokannya kering karena berjemur. Yang lain menikmati suasana pantai, Seung Jo asik mendengarkan musik dan melihat Ha Ni dan Eun Jo yang mengiranya sedang asik bermain. Seung Jo bahkan tersenyum geli melihat tingkah mereka berdua. Tapi akhirnya menyadari bahwa mereka tenggelam dan segera berlari untuk menolong. Yang lain kaget dan ikut berlari di belakang Seung Jo. Kedua ayah hanya berteriak memanggil Ha Ni. Mereka masih terkubur di dalam pasir dan tidak bisa berbuat apa-apa.


Seung Jo dan Min Ah melompat ke laut. Min Ah membawa Eun Jo dan ibu berusaha untuk menyadarkannya.

Sementara Seung Jo yang menyelamatkan Ha Ni. Sesampainya di tepi, keduanya terjatuh dan Ha Ni yang begitu ketakutan langsung memeluk Seung Jo. Seung Jo tidak bisa berbuat apa-apa.


Malamnya, Jang Mi mendekati Seung Jo yang sedang memanggang daging menu makan malam. Ibu yang merasa tidak suka memerintah Seung Jo untuk membawakan minuman hangat untuk Ha Ni. Jang Mi menawarkan diri, tapi Mama Seung Jo hanya menyuruh Seung Jo saja dan agar Hong Jang Mi yang memanggang daging.


Papah sangat mengkhawatirkan Ha Ni, meyakinkan apakah Ha Ni baik-baik saja dan tidak perlu dibawa ke rumah sakit. Ha Ni merasa kalau papahnya pasati sangat ketakutan. Papah, “Tentu saja! Aku sangat terkejut dan perasaanku masih tak menentu. Semuanya terjadi saat aku dalam pasir”

Ha Ni, “Tenanglah Papah, aku sudah selamat” Papah yang masih merasa takut, “Apa maksudmu baik-baik saja?! Aku tidak bisa bergerak di dalam pasir, sementara kamu sedang berusaha untuk tidak tenggelam! Saat itu, Aku berpikir…ini adalah yang disebut neraka”

Ha Ni mulai menangis, “Maafkan Aku Papah, maaf…” dan Seung Jo datang membawakan minuman hangat untuk Ha Ni.


Seung Jo, “Apakah Kamu mau minum?” Ha Ni mengangguk dan menerima minumannya.

Papah sangat berterima kasih pada Seung Jo yang sudah menyelamatkan Ha Ni, “Jika kamu tidak ada di sana, entah apa yang akan terjadi?!” Seung Jo hanya berkata kalau itu bukan apa-apa. Papah pergi untuk membuatkan makan malam.


Seung Jo, “Kamu tidak bisa berenang, dan tanpa merasa takut….”

Ha Ni, “Apa yang harus aku lakukan? Meskipun aku sudah berteriak, tapi tidak ada yang mendengar”

Seung Jo, “Kamu adalah pembuat masalah yang besar. Setelah bertemu denganmu, tidak ada hari yang tenang”

Ha Ni merajuk, “Kenapa kamu jadi garang begitu lagi? Aku masih sakit!” Seung Jo menanggapi dingin, “Sakit?!” tiba-tiba ada yang berteriak memanggil nama Ha Ni.


Bong Joon Gu, akhirnya sampai juga. Setelah mengalami kecelakaan, dia gosong. Joon Gu, “Di mana Ha Ni?”


Mobil sudah disulap menjadi tempat tidur. Para wanita tidur di mobil dan para pria tidur di tenda. Karena Eun Jo yang sakit, dia tidur di mobil. Eun Jo terus melihat pada Ha Ni yang sedang asik bercanda dengan kedua teman baiknya. Eun Jo masih merasa heran karena Ha Ni berusaha menolongnya meski tidak bisa berenang. Eun Jo mengingat kejadian saat dia hampir tenggelam, ingin berterima kasih tapi merasa malu dan gengsi.

Ha Ni menyadari tatapan Eun Jo dan bertanya, “Apa?” sembari tersenyum, tapi Eun Jo diam saja dan berpaling.


Joon Gu sudah berganti dengan pakaian Seung Jo, “Aku dengar kalau kamu sudah menyelamatkan Ha Ni?!” dan Seung Jo sedang memainkan gitar.

Seung Jo dengan dingin, “Jadi kamu datang kesini hanya karena Oh Ha Ni?”

Joon Gu, “Tentu saja! Aku tidak peduli dengan orang jenius seperti kamu, bukankah kamu sudah berusia 18 tahun. Aku tidak tahu kapan kamu akan berubah menjadi buas. Jadi aku datang untuk mengawasimu, siang dan malam!”


Seung Jo tertawa, “Kenapa? Kalau begitu kamu pindah ke rumah kami saja?” Seung Jo hanya bercanda dan Joon Gu menanggapi dengan serius, bahkan menanyakan apa masih ada kamar?

Joon Gu mengancam Seung Jo untuk tidak macam-macam dan agar tidak merayu Ha Ni.

Seung Jo, “Apa kamu sangat menyukai Oh Ha Ni?” Joon gu menganggap kalau Seung Jo sangat berani menanyakan hal sepribadi itu padanya.

Joon Gu, “Impianku adalah membuat Ha Ni bahagia”.


Seung Jo, “Kalian berdua tampak serasi, Oh Ha Ni dan Bong Joon Gu” mendengar itu, Joon Gu sangat senang, “Kamu berbeda dengan yang saya kira, Baek Seung Jo” Seung Jo menegaskan, “Benar-benar berbeda!” Joon Gu juga berkata kalau Seung Jo tidak cocok dengan Ha Ni-nya, tidak peduli seberapa besar Ha Ni menyukai Seung Jo, tapi Joon Gu yakin itu akan berakhir. Bahkan Joon Gu meminta berteman dengan Seung Jo, tapi Seung Jo tidak tertarik, lalu Joon Gu meminta Seung Jo memainkan sebuah lagu.

Diam-diam Ha Ni mendengarkan pembicaraan mereka di balik mobil.


Paginya mereka semua kembali.

Di sekolah, Ha Ni dan keduanya tampak lesu, memikirkan ujian dan juga masalah universitas. Min Ah mengeluhkan begitu banyak universitas, apa dengan kemampuan yang mereka miliki, mereka akan bisa masuk ke salah satunya?


Ha Ni merasa kalau mereka masih punya waktu untuk belajar, dan Joo Ri menganggap kalau Ha Ni sombong karena bisa masuk 50 besar hanya dalam satu minggu.

Mendengar itu, Min Ah memikirkan sesuatu yang membuat Ha Ni dan Joo Ri kaget dan ingin tahu.


Ternyata Min Ah berpikir untuk belajar bersama di tempat Ha Ni dan meminta bantuan Seung Jo. Mama Seung Jo menyediakan makanan kecil, dan mengatakan pada anak-anak ini, “Jika ada yang kalian tidak mengerti, tanyakan saja pada Seung Jo. Untuk apalagi anak pintar digunakan?” ketiganya mengangguk senang.

Min Ah merasa kalau kamar Ha Ni ini, seperti kamar seorang putri saja. Joo Ri membenarkan, Ha Ni berkata kalau semuanya Mama Seung Jo yang mengatur.

Min Ah membaca buku Ha Ni dan melihat rencana yang dibuat oleh Ha Ni :

“Berhubungan dengan Seung Jo ; kencan di gunung Nam, gendongan punggung di depan banyak orang, berpegangan tangan, berbicara di telepon sepanjang malam, menikah!” Ha Ni sangat malu karena teman-temannya ini terus menggoda dia.


Akhirnya mereka mulai belajar menjawab soal matematika, dari soal pertama. Karena tidak mengerti maka beralih ke soal berikutnya, tapi masih saja tidak menemukan jawabannya. Kedua teman Ha Ni ini meminta Ha Ni untuk bertanya pada Seung Jo, tapi Ha Ni tidak mau. Mereka memaksa Ha Ni untuk masuk ke kamar Seung Jo dan menanyakan jawaban soalnya.

Ha Ni membuka pintu kamar Seung Jo sedikit, dan bertanya apakah Seung Jo bisa meluangkan waktunya sedikit untuk Ha Ni. Dengan cepat Seung Jo menjawab, “Tidak!”

Ha Ni menutup kembali pintunya, tapi Joo Ri mendorong tubuh Ha Ni masuk ke dalam kamar.


Eun Jo berkomentar, “Apa-apaan ini kau Oh Ha Ni?”

Ha Ni menjelaskan kalau dia sedang belajar bersama teman-temannya, tapi ada beberapa soal yang tidak mereka mengerti. Seung Jo sama sekali tidak tertarik dan bahkan tidak berpaling sedikitpun, “Aku tidak mau” Ha Ni berusaha membujuk, “Ayolah, tidak akan sampai 30 detik buat kamu! 30 detik! Hanya 30 detik!” Seung Jo tetap menolak, “Biarpun Cuma 30 detik tetap saja buang-buang waktuku”. Ha Ni kecewa dan tetap memohon, “Hidup kami bergantung dari 30 detikmu”


Akhirnya Seung Jo berpaling, “Paling tidak kau pintar berbicara” dan meminta buku Ha Ni. Ajaib, Seung Jo benar-benar menyelesaikannya dalam 30 detik. Ha Ni sangat berterima kasih pada Seung Jo dan segera keluar.


Teman-teman Ha Ni sangat kagum dengan kepandaian Seung Jo, tapi Ha Ni jauh lebih bangga. Mereka mulai mengerjakan soal yang lain, tapi tidak ada bedanya, mereka tidak bisa. Ha Ni-pun harus bergerak kembali ke kamar Seung Jo untuk minta bantuannya lagi.

Bahkan sampai waktunya Seung Jo bersiap tidur, Ha Ni kembali masuk ke kamar Seung Jo.


Ha Ni masuk lagi ke kamar Seung Jo di saat Seung Jo sudah sangat lelah dan tidur, dan itu membuat dia marah, “Masuklah lagi setelah 15 menit!”

Ha Ni benar-benar ketakutan, hingga 15 menit berlalu, Ha Ni tidak berani masuk kamar Seung Jo lagi. Kedua temannya mendesak agar Ha Ni masuk dan mengambil hasilnya. Ha Ni sudah tidak berani dan hanya menunggu di luar kamar.

Seung Jo keluar dan melemparkan lembar jawabannya ke Ha Ni dan teman-temannya. Ketiga anak ini ketakutan dan bersembunyi.


Seung Jo memperingatkan, “Apa kamu puas?! Jangan coba-coba berani mendekati kamarku lagi sekarang!” dan masuk dengan membanting pintu kamarnya.

Ketiga bocah ini kaget dan ketakutan dengan reaksi Seung Jo. Ternyata Seung Jo menyelesaikan semua soal.

Paginya di sekolah, Joo Ri juga Min Ah berpikir untuk minta bantuan Seung Jo lagi di mata pelajaran yang lain. Jelas saja Ha Ni menolak, apalagi setelah melihat reaksi Seung Jo semalam.

Teman Ha Ni yang lain melihat hasil pekerjaan Seung Jo, dan bertanya apakah itu Seung Jo yang menyelesaikannya? Joo Ri mengiyakan. Dia memanggil tema-teman yang lain dan memperlihatkannya. Akhirnya semua sepakat untuk ikut belajar bersama Seung Jo, Ha Ni kebingungan.

Joon Gu, “Apa yang kalian bicarakan? Apa kal;ian tidak punya harga diri?”

Yang lain menjawab, “Joon Gu, apakah harga diri bisa membuatmu masuk universitas?”

Joon Gu kesal tapi anggota bye-bye see ikut bergabung dengan mereka. Joon Gu tidak bisa berbuat apa-apa.


Seung Jo pulang bersam Eun Jo, dan bingung karena di rumah ada banyak sepatu. Saat sampai di dalam, langsung disambut oleh anak-anak kelas 3-7, “Hallo pak Guru” Seung Jo kaget dan bingung. Mama turun dan mengatakan kalau mereka semua datang untuk mengunjungi Seung Jo. Ha Ni sendiri bersembunyi di sofa.


Teman-teman Ha Ni berkata kalu mereka ingin diajari oleh Seung Jo. Seung Jo menghela nafas, “Astaga Oh Ha Ni! Aku tidak mau” mama menarik tangan Seung Jo, “Sayang, mau pergi kemana? Mama sangatlah senang. Bahwa anak mama bisa membantu orang lain” sambil memohon pada anaknya ini.


Seung Jo melihat Ha Ni, dan memintanya untuk keluar dari persembunyiannya. Ha Ni memohon dengan menempelkan jari telunjuknya ke hidung, “Kali ini saja. Selamatkanlah kelas kami, kali ini saja. Aku tidak akan pernah melupakan kebaikanmu!” yang lain ikut memohon.

Seung Jo tidak bisa berbuat apa-apa dan hanya menghela nafas, “Oh Ha Ni, Kamu benar-benar…”

Joon Gu tidak ikut dan hanya berdiri melihat dari luar pagar.


Seung Jo mengajari Ha Ni dan teman-temannya. Sementara mama Seung Jo menyiapkan mereka semua makan siang.


Saat akan menyiapkan makan malam, Mama bertanya menu apa yang diinginkan Ha Ni, Eun Jo meminta, “Babi asam manis” tapi Ha Ni, “Tidak boleh! Sepertinya Seung Jo tidak terlalu menyukai babi asam manis. Saat makan siang, Dia hanya makan sedikit”

Mama membenarkan, tapi Eun Jo menegaskan kalau dia suka.

Seung Jo turun untuk mengambil minum, Ha Ni bertanya apakah Seung Jo lelah, dan dia memastikan, “Tentu saja!” Ha Ni menawarkan minuman yang dingin, tapi Seung Jo menolak.

Hp mama bunyi, mama menerimanya, mama kaget, “Apa yang harus aku lakukan? Aku akan pergi sesegera mungkin!” mama kebingungan dan terburu-buru, “apa yang harus aku lakukan? Apa yang harus aku lakukan?” semua melihat Mama yang kebingungan.


Mama sangat terburu-buru dan mengajak Eun Jo ikut serta. Eun Jo heran kenapa kakaknya tidak ikut, mama beralasan kalau Seung Jo harus belajar karena sudah SMA. Mama juga menyuruh Ha Ni dan Seung Jo untuk menyiapkan makan malamnya sendiri dan untuk tetap tinggal di rumah, lalu segera pergi menarik Eun Jo.

Seung Jo akan pergi untuk membeli makanan, tapi Ha Ni bialang akan masak, “Sebagai rasa terima kasih karena bantuanmu yang kemarin dan hari ini” Seung Jo tidak percaya.


Tenyata Mama Seung Jo mengajak Eun Jo ke restoran Papah Ha Ni, dan di sana bertemu dengan Ayah. Tidak ada masalah besar apapun, yang tadi menelepon adalah orang dari bank. Mama hanya berakting untuk membuat alasan agar dapat meninggalkan Seung Jo dengan Ha Ni di rumah. Semua itu karena seluruh teman sekelas Ha Ni datang ke rumah, dan membuat hubungan mereka berdua menjadi sedikit sulit.

Ayah berpikir kalau Ha Ni itu punya kelebihan dan mama membenarkan, Eun Jo tidak setuju, “Dia mendapat nilai jelek. Hanya kelebihan itu saja yang dia punya” Papah memarahi Eun Jo, “Hei anak bandel! Apa kamu akan terus bicara jujur?” dan para orang tua tertawa.


Mama melihat foto keluarga Ha Ni dan bertanya, “Apa kamu tidak tertarik untuk menikah lagi?” Papah, “Mungkin jika seseorang yang baik sepertimu muncul”

Ayah Seung Jo juga berpikir kalau Ha Ni menikah, maka Papah Ha Ni akan kesepian. Mama langsung bersemangat, “Kita bisa tinggal bersama” Para orang tua saling melihat dan tertawa. Papa Ha Ni menanyakan apakah baik jika meninggalkan Ha Ni dan Seung Jo hanya berdua si rumah? Mama menjelaskan, “karena hubungan mereka memburuk, Laki-laki dan perempuan, jika ditinggal berdua maka akan menjadi normal kembali”


Ayah langsung menutup kedua telinga Eun Jo, sedangkan Eun Jo tidak mengerti apa maksud Mamanya.


Seung Jo yang sudah kelaparan turun ke dapur dan menanyakan apakah makanannya sudah siap pada Ha Ni. Tapi hanya melihat kondisi dapur yang berantakan dan makanan yang gosong.

Seung Jo, “Makanan yang gosong ini seharusnya menjadi apa?” Ha Ni menjawab, “Hawaian Loco Moco”

Akhirnya Seung Jo memasak telur gulung untuk makan malam mereka, karena masakan Ha Ni tidak bisa dimakan. Ha Ni berkata kalau masakan Seung Jo seperti masakan restoran dan sangat enak.

Ha Ni, “Bagaimana kamu bisa memasak telur dengan lembut? Dan sangat cepat” Seung Jo, “Karena Aku pintar. Memasak juga perlu kepintaran!” Ha Ni lalu berkata kalau Papahnya pasti sangat pintar. Dan berpikir sebentar, “Kalau begitu, Bong Joon Gu pintar juga? Karena dia pintar memasak”


Seung Jo kesal, “Terserah!” Ha Ni, “Dia membuat dduk bokk gi dalam festival dan rasanya sangat enak” Seung Jo, “Hei, apa itu adalah makanan?” Ha Ni beralasan kalau itu adalah jenis makanan yang sulit dimasak. Bahkan matang, di luar sangat renyah dan di dalam begitu lembut. Biasanya lengket juga lembek”

Mendengar itu, Seung Jo semakin kesal dan menyelesaikan makannya. Seung Jo juga mengambil piring Ha Ni dan menaruhnya di bak cuci. Ha Ni menggerutu, “Aku baru makan satu suap” Seung Jo menyuruh Ha Ni mencuci piring dan membersihkan dapur.


Restoran mi Papa Ha Ni tutup karena sudah jam 10. Ibu mengajak semua ke karaoke dulu sebelum pulang meskipun Eun Jo sudah sangat mengantuk.

Ha Ni sedang belajar di kamarnya, ternyata buku bahasa Inggrisnya tidak ada. Ha Ni ingat kalau dalam bukunya itu terdapat rencana masa depan dengan Seung Jo yang dibuatnya. Akan sangat memalukan kalau sampai dibaca orang lain.


Ha Ni pergi ke kamar Seung Jo, mengendap-endap agar tidak menimbulkan suara. Melihat Seung Jo yang sudah tidur, Ha Ni merasa lega dan berusaha mencari bukunya dalam kamar itu.

Akhirnya, Ha Ni menemukan buku bahasa Inggrisnya, tapi tidak segera pergi karena tertarik untuk melihat barang-barang Seung Jo.


Saat Ha Ni akan pergi, tiba-tiba ada yang memegang tangannya. Ternyata Seung Jo belum tidur, “ Apa yang sedang kamu lakukan?” Ha Ni, “Aku hanya mencari sesuatu”

Seung jo tertawa, “Kamu berharap aku akan percaya begitu saja? Sekarang ini, hanya ada kita berdua di rumah ini, kamu tiba-tiba ingin mencari sesuatu?”


Seung Jo menarik Ha Ni ke atas kasur.

Seung Jo, “Bong Joon Gu bilang, bahwa masa puber akan melanda saat kita berusia 18 tahun” Ha Ni takut dan kebingungan, “Kenapa kamu jadi seperti ini?”

Seung Jo, “Kenapa? Bukankah dikarenakan hal itu kamu datang kemari?”


Ha Ni, “Apa? Bukan!!”

Seung Jo, “Hanya ada kita berdua di rumah ini”

Ha Ni, “Seung Jo, kenapa kamu bertingkah seperti ini?” Ha Ni ketakutan sampai bibirnya gemetar, “Seung Jo shi!”




pk 3

Tidak ada komentar:

Posting Komentar