Jumat, 19 November 2010

Playful Kiss Episode 5

Akhirnya semua pulang, berbicara melalui intercom tapi tidak ada jawaban dari Seung Jo ataupun Ha Ni. Ibu mengira kalau kedua anak itu sudah tidur, jadi mereka semua masuk lewat pintu belakang.


Ha Ni yang gemetaran mencoba menghentikan Seung Jo dengan tangannya, “Pertama….mari berkencan dengan serius” sementara Eun Jo sudah mulai naik tangga menuju ke kamar. Seung Jo tertawa, “Serius? Sejak kapan kata itu pernah dipakai?” lalu dia bangkit dari tempat tidur dan duduk di sofa, masih dengan tertawa geli.

Ha Ni bangun dan duduk, merasa sangat malu karena telah dipermainkan oleh Seung Jo. Kemudian segera berlari keluar kamar, meninggalkan bukunya di tempat tidur Seung Jo.


Ha Ni berdiri membelakangi pintu kamar Seung Jo untuk sesaat. Sedikit gugup dan berlari ke kamarnya karena melihat Eun Jo yang heran melihat Ha Ni.


Seung Jo menemukan buku Ha Ni di kasurnya. Eun Jo masuk dan bertanya, “Kenapa dengan Oh Ha Ni? Mukanya begitu merah” Seung Jo bersikap seolah tidak tahu apa-apa.

Seung Jo mulai membaca tulisan Ha Ni mengenai rencana masa depannya yang ada dalam buku, dan Dia tertawa.


Ha Ni sangat kesal dengan Seung Jo, menangis di kamarnya dan menghabiskan banyak tisu. Ha Ni memaki Seung Jo yang selalu mempermainkannya.


Membaca kembali surat cintanya yang dikembalikan oleh Seung Jo, “Apa memang aku sangat bodoh?!” lalu bicara pada bonekanya, “Doongi ah, Apa aku harus seperti ini? Perasaanku bertentangan dengan apa yang aku mau” Ha Ni sangat sedih.


Di sekolah, siswa-siswa membicarakan tentang Oh Ha Ni yang tidak lagi masuk kelas special. Min Ah tahu kalau Ha Ni masuk ruang belajar khusus karena bantuan dari Baek Seung Jo.

Tidak masuk 50 besar, tidak terlalu memusingkan Ha Ni, “Setelah belajar di ruang belajar khusus, aku tahu betapa tidak menyenangkannya belajar di sana. Anak-anak disana aneh” Sementara Joo Ri mengeluhkan tentang universitas.


Ha Ni menemui Bu Guru Kang Yi untuk menanyakan universitas mana yang mungkin akan menerimanya. Bu guru mencarinya di buku informasi, tapi tidak menemukan universitas yang cocok untuk Ha Ni. Lalu menawarkan program penerimaan mahasiswa melalui jalur khusus.

Bu Guru menjelaskan, “Sebenarnya, supaya diterima lewat jalur khusus, kamu butuh banyak surat rekomendasi dan penghargaan atau piala. Kamu harus menonjol dalam satu bidang. Walaupun orang itu kelihatan tidak berpotensi…mereka akan memilih orang yang berpotensi di masa mendatang” Ha Ni bersemangat dan menjawab, “bakat terpendam”


Bu Guru bertanya pada Ha Ni, “Apakah kakekmu adalah seorang pejuang?”

Ternyata kakek Ha Ni hanya seorang tukang tutup toko (sementara istrinya bekerja, suaminya tidak melakukan apa-apa), jadi tidak memenuhi syarat.

Bu Guru, “Apa Ayahmu seorang agen rahasia?”

Ayah Ha Ni memiliki restoran mi dan memiliki resep rahasia untuk membuat mi, tidak memenuhi syarat.

Bu Guru bertanya lagi, “Apa kamu berasal dari keluarga yang berbeda budaya?”

Ibu Ha Ni hanya mengetahui bahasa Thai “Tom Yam Koong” yaitu makanan Thai yang dikenali sebagai sup yang berasa masam.


Ternyata Ha Ni tidak memenuhi syarat apapun yang disebutkan oleh Bu Guru Kang yi. Ha Ni jadi lesu karena putus asa, Bu Guru sangat khawatir, lalu melihat pena Ha Ni yang didapatnya karena rajin mendonorkan darah darah.

Ha Ni selalu mendonorkan darah setiap dua bulan sekali, lalu Guru Kang Yi menemukan jurusan yang cocok untuk Ha Ni, “Di sini dikatakan bahwa memberi donasi darah sama dengan 10 jam servis! ‘memberi kembali pada masyarakat’ artinya Pengetahuan Sosial!”


Ha Ni dan dua teman baiknya makan di kantin, Ha Ni dan Min Ah akan mendaftar ke Universitas Parang, Ha Ni di jurusan Pengetahuan Sosial, sedangkan Min Ah jurusan Animasi. Joo Ri mengeluh Karena wali kelas tidak membicarakan tentang Universitas Parang kepadanya.

Bong Joon Gu datang dan langsung merebut makanan yang akan dimakan oleh Joo Ri, tentu saja Joo Ri protes. Joon Gu, “Lihatlah badanmu, berhentilah makan” Joo Ri marah dan memukul Joon Gu, lalu mengambil makanannya kembali.

Teman-teman Ha Ni ini heran, bagaimana Joon Gu selalu tahu dimana Ha Ni berada.

Joon Gu menjawab, “Ha Ni adalah petunjuk hidupku. Yang mengatakan padaku kemana harus pergi, tempat, petunjuk dan kecepatan” sembari memeluk pundak Ha Ni, dan Ha Ni berusaha melepaskan tangan Joon Gu itu. Joo Ri mencemooh, “petunjuk bokongmu!”

Joo Ri heran kenapa Joon Gu hanya datang sendiri tanpa anggota bye-bye see. Ternyata teman-teman Joon Gu sedang mengikuti audisi meskipun selama ini mereka selalu gagal.


Min Ah melihat Seung Jo di sisi lain kantin, dia sedang berbicara dengan seseorang.

Orang ini menyarankan agar Seung Jo kuliah di tempat yang penuh dengan sejarah dan tradisi, yaitu universitas yang mempunyai banyak lulusan hebat, seperti di Amerika.


Seung Jo tidak dapat mengikuti kelas, memikirkan apa yang akan dikakukannya setelah lulus sekolah. Duduk Merenung sendiri, dan terkadang menghela nafas panjang.


Guru Kang Yi sedang mengisi formulir informasi calon murid baru milik Ha Ni. Guru Ji Oh yang duduk tidak jauh darinya, melihat dan memperhatikan Bu Guru, lalu mendekatinya.

Guru Ji Oh, “Kamu bekerja keras?” Bu Guru menjawab tentu saja, “Apa kamu pikir saya adalah guru yang suka bersenang-senang seperti seseorang?”

Guru Ji Oh merasa kalau itu ditujukan padanya, “Kapan….sejak kapan saya bermain-main sampai anda berkata demikian?” lalu Wakil Kepala Sekolah menghampiri mereka.


Guru Kang Yi segera meminta surat rekomendasi dari kepala Sekolah untuk Oh Ha Ni kepada Wakasek. Tapi Wkasek malah tertawa, “Bagaimana saya bisa merekomendasikan murid yang mempunyai ranking jelek?”

Guru Kang Yi, “Oh Ha Ni naik ke peringkat 50 besar dalam jangka waktu satu minggu. Jika itu bukan potensi, lalu apa itu? Penerimaan melalui jalur khusus melihat potensi yang seperti itu” Wakasek membenarkan, tapi kemudian membandingkan dengan penerimaan tahun sebelumnya, “Hanya karena keinginan, apakah itu menjadikan Anda guru yang baik? Guru yang baik harus mengajari murid untuk menerima kenyataan. Jika Oh Ha Ni masuk Universitas Parang…maka saya adalah anaknya Bu Guru Song” wakasek menantang Bu Guru dan pergi meninggalkan ruang guru.

Bu Guru duduk dan meminum air putihnya dengan kesal, dan melanjutkan mengisi formulir Ha Ni itu. Guru Ji Oh melihat Guru Kang Yi dan dengan malu-malu memberikan vitamin untuknya, “Ini pertama kali, Anda terlihat sebagai manusia berbudi” merasa gugup dan pergi meninggalkan bu Guru sendiri. Guru Kang Yi tersenyum senang, “Kamu mulai menyukaiku, iya kan?” lalu melarutkan vitaminnya.


Ha Ni sedang melakukan pendaftaran secara online, tapi tiba-tiba komputernya error dan data yang dibuatnya akan hilang. Ha Ni benar-benar ketakutan karena pendaftaran masuk universitas akan segera tutup.

Seung Jo membetulkan computer Ha Ni, dan meminta Ha Ni untuk tidak berisik karena mengganggu konsentrasi Seung Jo. Ha Ni menangis karena sangat cemas. Mama Seung Jo juga ikut cemas, sementara Eun Jo terus mengawasi mereka berdua.


Akhirnya Seung Jo berhasil membetulkan computer Ha Ni dan data yang sudah dibuat Ha Ni juga tidak hilang. Ha Ni sangat senang dan merasa lega, Seung Jo meminta Ha Ni untuk segera mendaftar dan tidak melakukan kesalahan lagi.

Mama Seung Jo mengajak Eun Jo keluar, sepertinya Eun Jo enggan keluar meninggalkan kakaknya dengan Ha Ni berduaan, dan menatap Seung Jo dengan tatapan curiga.


Ha Ni mengucapkan terima kasih pada Seung Jo. Seung Jo menanyakan apakah Ha Ni masuk Universitas Parang. Ha Ni, “Sebenarnya aku tidak bisa masuk kesana karena nilaiku sangat jelek”

Seung Jo, “Kenapa kamu masih semangat saat tahu tidak ada kesempatan?”

Ha Ni menjelaskan kalau dia harus tetap mencoba.

Seung Jo heran, “Kenapa kamu mau masuk universitas?” Ha Ni sedikit bingung, “Kenapa? Ya untuk belajar…” Seung Jo memotong, “Kamu itu tidak bisa apa-apa dan tidak ada bidang yang kamu kuasai. Kenapa kamu tetap mau melakukannya?” sembari memainkan boneka Ha Ni.

Ha Ni beralasan, “Jika bukan untuk belajar, aku bisa mencari tujuan hidupku. Temukan hal yang aku suka atau apa yang bagus untukku”

Seung Jo bertanya kembali, “Bagaimana kamu bisa tahu jika kamu menyukai sesuatu?”

Ha Ni, “Tentu saja kamu akan tahu! Jantungmu akan berdetak cepat. Jika kamu menyukai sesuatu, jantungmu akan berdetak dengan cepat. Ayahku…jika mencium bau mi yang sudah kering, jantungnya tetap berdetak cepat…”


Seung Jo menyentuh dadanya, lalu menghela nafas, “Aku mau merasakannya juga! Perasaan seperti itu”


Ha Ni menatap Seung Jo merasa heran. Saat Seung Jo menyadari kalau Ha Ni sedang menatapnya, Dia segera menyuruh Ha Ni melakukan pendaftaran dengan cepat, untuk mengalihkan perhatian. Kemudian Seung Jo keluar dari kamar Ha Ni.

Ha Ni bicara sendiri, “Aku bertanya-tanya kenapa mau masuk universitas. Sebelumnya aku tidak pernah peduli akan hal ini. Paling tidak, orang jenius punya kekhawatiran sendiri. Apakah dia menunjukkan sedikit perasaannya?” dan tersenyum senang, lalu kaget teringat akan pendaftarannya.


Guru KangYi masuk ruang guru dengan sangat gembira dan menunjukkan dua lembar surat penerimaan Universitas Parang di depan Kepala Sekolah. Membalas tantangan dan ejekan Kepala Sekolah waktu itu. Bahkan Bu Guru sampai menari-nari.

Kepala Sekolah kesal dan merasa malu, “Apa Kau harus menunjukkannya seperti ini?”

Guru Ji Oh mengatakan kalau selalu ada satu atau dua misteri. Kepala Sekolah lemas, “Ya betul, tapi akan lebih bagus kalau itu bukan dari kelas 7”


Ha Ni dan teman-temannya ada di ruang kesenian, Joo Ri menanyakan tentang ujian wawancara yang harus dilalui oleh Ha Ni dan Min Ah untuk bisa diterima di universitas. Jang Mi ikut berkomentar kalau universitas Parang menerima banyak murid dan kompetisinya tidak gampang. Ha Ni membenarkan, lalu bertanya pada Min Ah, “Tapi apa yang akan mereka pertanyakan pada wawancara nanti? Aku tidak pintar bicara”

Joon Gu berusaha membuat Ha Ni tenang dengan mengatakan kalau Ha Ni tidak akan gagal dalam ujian wawancara. Dan kalaupun gagal, paling tidak Ha Ni sudah mencobanya.

Jang Mi bertanya apakah Ha Ni punya bekingan? Ha Ni hanya menjawab, “Iya. Tuhan pasti menolongku!” dan Ha Ni tersenyum pada Min Ah.


Hari ujian wawancara tiba, sedangkan di Korea sedang terjadi badai LaNaNim. Ketiga orang tua mengkhawatirkan Ha Ni yang berkeras untuk berangkat wawancara, bahkan Papa Ha Ni sampai meminta Ha Ni untuk membatalkannya.

Ha Ni merasa kalau Papanya berpikir kalau Ha Ni tidak punya kesempatan dan tidak mempercayai kemampuannya.

Papa Ha Ni jadi serba salah, lalu Ha Ni meyakinkan kalau dia akan baik-baik saja dan bahwa hanya ini kesempatan yang dia miliki.


Ha Ni pergi dengan menaiki kereta, tapi karena jalur kereta kebanjiran, maka kereta tidak bisa melanjutkan perjalanan. Bahkan karena badai yang menerjang, banyak sekolah yang diliburkan.

Akhirnya Ha Ni harus berjalan dalam badai yang sangat besar, untuk sampai ke tempat wawancara.


Di ruang wawancara, ada yang melapor kalau pelajar yang datang tidaklah banyak karena ada badai. Lalu seorang pewawancara mengatakan untuk menunda wawancaranya pada pewawancara yang lain, dan dia adalah seorang wanita. Tapi wanita ini hanya mengatakan, “Berapa banyak badai yang akan terjadi dalam kehidupan seseorang? Ketika itu terjadi, haruskah kita menundanya dan mengakhirinya sampai disini saja?” lalu meminta peserta yang lain untuk masuk.

Oh Ha Ni masuk dan memberi salam, beberapa saat tiba-tiba Ha Ni bersin, membuat semua pewawancara kaget dan melihatnya.

Di rumah, Eun Jo memutuskan untuk tidak berangkat sekolah. Mama Seung Jo sangat mengkhawatirkan Ha Ni yang tetap pergi wawancara, meskipun ada badai. Seung Jo bahkan terlihat ikut khawatir.


Di ruang wawancara, pewawancara melihat beberapa foto Ha Ni dan tersenyum, lalu menanyakan hal apa yang Ha Ni sukai. Dengan tanpa berpikir, Ha Ni menjawab, “Oh itu, Baek Seung Jo!” semua penanya melihatnya heran. Ha Ni sedikit kaget, “Maksud Saya adalah…..manusia…..” seorang penanya memotong, “Maksud kamu tertarik dalam hal kemasyarakatan?”

Ha Ni, “Ya! Hal kemasyarakatan!” merasa sedikit tertolong. Lalu Ha Ni harus menjelaskan, “Akhir-akhir ini, saya berpikir….jika kita ingin berhubungan dengan orang lain, berapa lama yang kita butuhkan untuk mengenali mereka? Di hidup ini bisakah kita mengerti….walaupun itu hanya satu orang saja?” dalam hati Ha Ni berpikir kalau dia tidak akan pernah mengerti Baek Seung Jo.


Penanya wanita, “Berikan alasan mengapa kami harus memilihmu?” Ha Ni sedikit bingung.

Penanya wanita mengatakan, dalam surat rekomendasi Ha Ni, dinyatakan kalau dalam seminggu Ha Ni mampu naik 50 besar, tapi gagal dalam ujian berikutnya. Juga ada pernyataan kalau Ha Ni mendonorkan darahnya setiap 2 bulan sekali. Menurutnya, hanya karena itu bagaimana Ha Ni bisa lulus tes penerimaan yang pertama?

Penanya yang lain memberi alasan bahwa Ha Ni mendapatkan nilai tinggi karena kepribadiannya yang sangat percaya diri dan suka menyumbang untuk masyarakat.

Penanya wanita langsung menolak, dan mengatakan kalau mereka tidak memilih sembarang orang. Lalu penanya wanita ini menanyakan lagi pada Ha Ni kenapa mereka harus menerima Ha Ni.


Ha Ni bingung dan waktunya hanya tinggal satu menit untuk membuat alasan. Wanita ini sudah tidak sabar dan meminta Ha Ni untuk tidak perlu bicara lagi, lalu meminta pelajar yang lain untuk masuk.

Ha Ni bangkit dari tempat duduk dan bergegas pergi, tapi berhenti dan mengatakan, “Maaf, Anda memang benar. Anda bisa melihat diri saya yang sesungguhnya. Saya tidak punya kemampuan yang baik. Lulus tes pertama adalah suatu keajaiban bagiku. Jadi sejujurnya saya sangat bersyukur.

Tapi hanya ini yang bisa saya ucapkan….jika orang itu bukanlah saya, nilai mereka sangat bagus dan melakukan banyak pelayanan masyarakat, tapi pilihlah murid tersebut daripada saya”. Wanita ini memperhatikan Ha Ni yang terus berbicara, dan terlihat dia sedikit tertarik.

“Tapi jika murid tersebut pemalas, dan tidak bekerja keras! Jika mereka ditertawakan dan karenanya mereka menyerah, lalu Anda berpikir kalau mereka tidak cocok untuk universitas anda, jika itu terjadi, maka pilihlah saya!

Saya lebih lambat dari orang lain, tapi saya tidak pernah menyerah. Saya melakukan sesuatu sampai selesai. Karena itu, saya disebut ‘Siput yang Hebat’. Cobalah untuk memelihara siput” Ha Ni menyelesaikan kata-katanya pada saat waktunya habis. Lalu Ha Ni bergegas pergi.


Saat makan malam di rumah, Ha Ni merasa kalau dia pasti gagal dalam ujian. Ibu mencoba menenangkan dengan mengatakan kalau hasilnya masih belum diumumkan. Sementara ayah Seung Jo meyakinkan Ha Ni masih bias belajar pada Seung Jo kalaupun dia gagal.


Tiba-tiba Seung Jo mengejutkan semua orang, karena dia bilang tidak akan ikut ujian. Seung Jo kembali menegaskan kalau dia tidak akan ikut ujian masuk universitas.


Ayah menanyakan alasan Seung Jo.

Seung Jo, “Karena tidak ada yang mau saya lakukan. Dan saya juga tidak ingin pergi kemana-mana”

Tentu saja ini membuat Ayah bingung dan kembali menanyakan apa yang akan dilakukan Seung Jo setelah lulus sekolah.

Seung Jo mengatakan kalau dia akan bekerja paruh waktu.


Tiba-tiba Ayah marah, “Baek Seung Jo! Apa hidupmu sebuah lelucon? Apa kamu mau hidup sesuka hatimu?” Ibu mencoba menenangkan Ayah, dan menanyakan kemungkinan Seung Jo akan berbisnis dengannya. Justru itu membuat Seung Jo bertanya bagaimana dia akan melanjutkan hidupnya.

Seung Jo menjelaskan, “ini semua terjadi karena saya tidak tahu bagaimana cara untuk melanjutkan hidup saya, dan itulah alasan saya tidak ingin kuliah. Karena saya tidak ingin hidup seperti orang lain yang tidak punya tujuan hidup”

Seung Jo kembali bertanya pada Ayahnya, “Bagaimana saya harus hidup?”


Papah Ha Ni mencoba membantu dengan menyarankan agar Seung Jo membantu pekerjaan ayahnya. Tapi lagi-lagi Seung Jo membantah dan mengatakan kalau dia tidak tertarik pada bisnis dan juga bahwa dia egois. Bahkan meminta agar orang tuanya tidak mengandalkannya.


Giliran Ibu yang marah dan membentak Seung Jo. Seung Jo tidak menggubris, menyelesaikan makannya dan segera berlalu ke kamarnya. Semua orang kebingungan dengan sikap Seung Jo itu. Papah Ha Ni berusaha menenangkan sahabatnya itu dengan berkata kalau Seung Jo itu hanya asal bicara dan tidak akan benar-benar melakukannya.

Mama berpikir kalau Seung Jo selalu dapat melakukan segalanya dengan mudah, mungkin itulah sebabnya dia tidak punya motivasi. Mama berharap agar Seung Jo menemukan apa yang dia sukai.

Ha Ni mengingat kembali percakapannya dengan Seung Jo malam itu.


Papah Ha Ni menyiapkan bubur special untuk teman-teman Ha Ni di restoran miliknya. Semua makan dengan lahap, sementara Ha Ni masih saja memikirkan sikap Seung Jo. Ha Ni meminta Papahnya untuk membungkuskan bubur itu satu bungkus.


Ternyata Ha Ni menyiapkan buburnya untuk Seung Jo. Mencoba mengetuk pintu kamarnya, tapi Seung Jo mengunci pintu dan hanya berdiam diri di kamar.


Ha Ni terus berusaha membujuk Seung Jo agar mengikuti ujian masuk universitas, dan mengatakan kalau semua orang sangat khawatir, terutama Ayahnya yang menjadi murung karena sikap Seung Jo. Ha Ni juga berkata, “Kamu bisa melakukan segalanya. Jadi kamu harus melakukan segalanya demi kebaikan orang lain.

Aku percaya…orang-orang punya kebutuhan untuk saling berbagi. Meskipun aku ingin berbagi semuanya, tapi aku tidak punya apa-apa, jadi aku tidak bisa melakukannya” dan meninggalkan buburnya di depan pintu kamar Seung Jo. Meminta Seung Jo untuk segera memakannya sebelum menjadi dingin.


Akhirnya Seung Jo membuka pintu dan mengambil bubur pemberian Ha Ni. Selain bubur, Ha Ni juga memberikan sebuah kotak berwarna pink.


Seung Jo membuka kotaknya yang ternyata berisi garpu yang diberi pita. Juga sebuah kartu yang bertuliskan “semoga berhasil dalam tes! Baek Seung Jo adalah yang terbaik!” Mendapatkan semua itu, Seung Jo tersenyum.


Hari dilaksanakannya ujian-pun tiba. Seluruh keluarga menunggu Seung Jo dengan cemas. Mereka menunggu di tangga bawah.

Akhirnya yang ditunggu turun juga. Semua anggota keluarga menyambut dengan gembira karena Seung Jo memutuskan untuk ikut ujian masuk universitas. Tapi sepertinya Seung Jo terkena flu, dan Ha Ni langsung menawarkan obat flu untuk Seung Jo, sementara Eun Jo mengambilkan minum.


Seung Jo segera meminumnya, dan bertanya pada Ha Ni, “Ini tidak menyebabkan ngantuk, bukan?” Ha Ni kaget dan buru-buru melihat kemasan obat.

Ternyata obat itu menyebabkan kantuk dan Ha Ni segera memegang mulut Seung Jo untuk mengeluarkan obatnya, Seung Jo menyingkirkan tangan Ha Ni, “Hei, apa yang kamu lakukan?! Apapun yang kamu lakukan akan tetap seperti ini” meskipun mama sedikit cemas, tapi berusaha menenangkan dengan mengatakan kalau Seung Jo akan baik-baik saja karena dia itu kuat.

Ha Ni merasa tidak enak, lalu Papah datang membawa bekal makan siang untuk Ha Ni dan Seung Jo.


Keduanya berangkat bersama untuk mengikuti ujian, Ha Ni sangat senang kerena Seung Jo membuat keputusan yang tepat. Lalu Ha Ni menepuk pundak Seung Jo, “Anak baik!”

Seung Jo meminta Ha Ni agar tidak bercanda dan berkata, “Ah, garpu…..apa aku adalah kamu? Sesuatu yang bisa ditusuk?” Ha Ni hanya menganggap kalau Seung Jo sudah berlebihan.


Ha Ni terus saja mengikuti Seung Jo, “Seberapa jauh kamu mau mengikuti aku?! Huh?” karena sebenarnya jalan mereka berlawanan. Ha Ni mengerti dan mereka berpisah, lalu Ha Ni berteriak, “Semoga berhasil dalam ujianmu! FIGHTING!!” Seung Jo berbalik melihat Ha Ni dan melangkah pergi sambil melambaikan tangan tanpa melihat ke belakang. Ha Ni tersenyum senang memandang punggung Seung Jo, berbalik untuk pergi tapi melihat kembali kearah Seung Jo dan tersenyum lagi.


Orang-orang di rumah merasa sangat senang dengan keputusan Seung Jo pada akhirnya. Tapi Mama merasa heran, bagaimana Seung Jo bisa berubah pikiran secepat itu. Eun Jo mendengarkan percakapan para orang tua dengan gelisah, bahkan dia tidak bisa menyelesaikan permainannya. Eun Jo benar-benar merasa khawatir dengan sikap kakaknya akhir-akhir ini, tentang hubungannya dengan Ha Ni.


Di ruang ujian, Seung Jo merasa ngantuk saat mengerjakan soal. Bahkan hampir saja tertidur, hingga seorang pengawas menegurnya karena waktu yang tersisa tinggal 15 menit, sementara Seung Jo belum mengerjakan satu soalpun. Seung Jo menjelaskan kalau dia minum obat flu tadi pagi, dan segera mengerjakan soalnya. Gadis yang menyukai Seung Jo melihatnya dan merasa khawatir.


Ha Ni menceritakan pengalamannya saat ujian wawancara pada kedua sahabat baiknya. Bahwa pewawancara wanita itu seperti nenek sihir dan membuat Ha Ni merasa takut. Ha Ni juga sangat khawatir dengan hasil ujiannya nanti, “Apa yang harus aku lakukan?!”

Sementara Joo Ri tidak perduli dengan ujiannya, dan asyik berdandan, lalu memamerkan hasil dandanannya itu pada Ha Ni dan Min Ah. Bertanya pada keduanya, apakah dia mirip dengan seorang artis lalu menirukan gaya menari sang artis. Ha Ni sedikit melupakan kegelisahannya, dan bahkan mencoba dandanan milik Joo Ri. Joo Ri memakaikan bulu mata di mata Ha Ni, lalu Jang Mi dan teman-temannya masuk ke ruang kesenian.


Jang Mi, “Kamu sedang merias wajah? Apa karena hidupmu sangat sempurna, jadi sekarang kamu mau merias wajah?” Ha Ni bingung.

Jang Mi, “Aku dengar kamu memberikan obat tidur pada Seung Jo pada pagi hari ujian masuk universitas?” ha Ni semakin bingung dan tidak mengerti apa yang dibicarakan Jang Mi. “Setelah meminum itu, dia tertidur dan harus mengisi jawabannya tepat sebelum waktu ujian berakhir. Bagaimana kamu akan bertanggung jawab atas perbuatanmu tentang semua ini?!”


Joo Ri tidak terima jika Ha Ni diperlakukan seperti itu oleh Jang Mi. tapi Jang Mi semakin memarahi Ha Ni, “Karena itu mungkin dia tidak dapat masuk perguruan tinggi, tapi kamu sepertinya hanya perduli pada dirimu sendiri. Bahkan kamu masih berani mengatakan kalau kamu menyukainya?”

Ha Ni diam saja, merasa sangat sedih dan bersalah, lalu melepaskan bulu mata palsunya. Min Ah mencoba menenangkan Ha Ni.


Di rumah, Ha Ni menatap kamar Seung Jo, mencoba menenangkan perasaannya dengan terus berpikir kalau Seung Jo pasti bisa melakukannya dengan baik. Karena dia adalah Baek Seung Jo.

Ha Ni pergi ke kamar mandi, tapi melihat Seung Jo ada di dalam sedang mencuci tangannya. Ha Ni segera bersembunyi di balik dinding, tapi Seung Jo sepertinya merasa kalau ada seseorang yang datang tapi dia tidak melihat siapapun.

Ha Ni menangis dan mencoba meyakinkan dirinya bahwa Seung Jo tidak apa-apa.


Guru Kang Yi membagikan hasil ujian masuk universitas, Ha Ni masih saja murung karena memikirkan hasil ujian Seung Jo. Guru Kang Yi sedih dengan hasil ujian Joon Gu, tapi Joon Gu bilang kalau dia sudah punya rencana masa depannya sendiri. Lalu berkata pada Ha Ni agar tidak sedih, karena Joon Gu akan menjaganya, dan disambut dengan “huuh” oleh teman-teman satu kelasnya.

Kedua teman Ha Ni berkata kalau Ha Ni ini milik Baek Seung Jo, Joon Gu jelas tidak terima, “Laki-laki pengecut itu tidak bisa membuat perempuan bahagia” Joo Ri bertanya, “Bagaimana dengan kamu? Apa yang bisa kamu lakukan untuk Ha Ni?” guru Kang Yi meminta semua untuk diam.


Seung Jo tidak percaya saat menerima hasil ujiannya, “Setelah melihat ini, saya bertanya-tanya apakah saya benar-benar orang yang jenius” kata Seung Jo ketika Guru Ji Oh merasa heran dengan reaksi Seung Jo. Bahkan pak guru merasa takut pada reaksi Seung Jo itu, dan mengatakan kalau Seung Jo masih harus melewati ujian wawancara.

Pak guru berpikir kalau pilihan Seung Jo masuk Universitas Tae Sang kurang tepat, “Kamu seharusnya pergi ke tempat seperti Harvard” lalu guru Ji Oh memeluk Seung Jo dan mengatakan kalau Seung Jo sudah melakukan yang terbaik.


Ha Ni sangat senang mengetahui kalau Seung Jo berhasil diujian tertulisnya, dan berterik “BANZA” sambil menari-nari. Kedua teman baik Ha Ni ikut merasa senang sekaligus heran, bagaimanapun Ha Ni mendapatkan nilai yang jelek, kenapa masih begitu senang?

Ha Ni kembali lemas, memikirkan nasibnya. Hanya sebentar, Ha Ni kembali tersenyum, “Bagaimana aku bisa tidak merasa senang? Baek Seung Jo Hore! Korea hore!” benar-benar sangat gembira, Min Ah dan Joo Ri tidak bisa berbuat apa-apa.


Ha Ni menunggui handphonenya, menanti kabar penerimaan masuk unniversitas Parang. Berharap hpnya segera berdering dan tiba-tiba hp Ha Ni bunyi.

Ternyata telepon salah sambung yang menanyakan restoran bebek panggang, lalu Ha Ni menutup telponnya.


Tidak lama hp Ha Ni bunyi lagi, “Saya Oh Ha Ni. Apa? Universitas Parang? Benarkah?”

Ha Ni sangat senang, Mama Seung Jo yang ada di dekatnya tidak kalah senangnya. Ha Ni mengucapkan terima kasih, tapi kaget, “Tapi saya mendaftar Ilmu Sosial. Hah, jurusan apel? Memangnya ada jurusan seperti itu….?”


Eun Jo muncul dengan apel di tangannya, “Kejutan!” mengejek Ha Ni. Mama dan Ha Ni langsung berteriak, “Baek Eun Jo!!” sementara Eun Jo sangat senang mengerjai Ha Ni sampai menari-nari, “Oh Ha Ni bodoh!”


Ha Ni menunggu telpon hingga larut malam, tapi tidak juga ada kabar. Ha Ni, “Baek Seung Jo akan masuk universitas Tae Sang…apa yang akan aku lakukan jika tidak bisa masuk universitas sama sekali?” tiba tiba hp Ha Ni berbunyi. Ternyata itu telpon dari Min Ah yang menyampaikan kabar kalau dia diterima di universitas Parang, Ha Ni mengucapkan selamat.


Ha Ni masih terus menunggui hpnya, tetap saja tidak ada telpon.

Seung Jo melihat Ha Ni, dan sepertinya cukup merasa tegang dan cemas juga, karena dia menghela nafas.


Hingga hari terakhir pengumuman, Ha Ni masih belum mendapat telpon, bahkan sampai batas jam-nya habis. Ha Ni benar-benar kecewa dan tidak mau menerima jeruk yang Mama Seung Jo berikan karena merasa tidak pantas. Mama Seung Jo mencoba menghibur Ha Ni, dan mengatakan kalau semua akan baik-baik saja.

Ha Ni, “Semua sudah berakhir” Ha Ni sendiri merasa kalau dia akan gagal, “Profesor yang menakutkan itu tidak punya alasan untuk menerima saya. Tapi saya masih saja berpikir kalau saya masih punya peluang untuk masuk”


Mama Seung Jo menyarankan untuk mengikuti tes di perguruan yang lain, tapi Ha Ni tidak memiliki nilai yang baik. Tiba-tiba hp Ha Ni berdering, “Halo…universitas Parang? Hei, kamu lagi ya Baek Eun Jo?!”

Eun Jo muncul dan bertanya kenapa namanya disebut. Ha Ni kaget, “Iya, ini Saya. Maafkan saya, karena saya pikir ini panggilan telepon palsu”

Suara penelepon, “Saat ini, seseorang telah memutuskan untuk mengundurkan diri. Pelajar Oh Ha Ni, anda lulus ujian penerimaan mahasiswa baru”


Ha Ni, “Ya ya ya, saya mau menerimanya, Saya mau manerimanya!” Ha Ni sangat senang. Eun Jo juga senang mendengarnya, apalagi mama yang yang begitu senang sampai mengacak-acak rambut Eun Jo.

Diam-diam Seung Jo ikut mendengarkan, dan tersenyum senang.


Ketiga orang tua dan Ha Ni merayakan keberhasilan Ha Ni ini, di restoran papah Ha Ni. Ha Ni, “saya pikir saya benar-benar beruntung. Karena ada badai, beberapa calon mahasiswa tidak datang, karenanya saya dapat kesempatan. Apa yang harus aku lakukan kalau tidak ada angin badai yang melanda ya?”

Papah, “Bukan karena itu, tapi karena keberuntunganku!” Ha Ni tersenyum senang dan membenarkan perkataan Papanya.

Kedua orang tua Seung Jo memberikan Ha Ni sebuah hadiah, dan itu dipilihkan oleh ayahnya Seung Jo, “Itu bukan hadiah yang mahal” kata mama Seung Jo.

Sebuah mantel berwarna merah, Ha Ni sangat senang dan berterima kasih.


Lalu mama Seung Jo, “Yang ini hadiah dari Tante” Ha Ni kaget karena dia mendapat hadiah lagi. Ternyata mama Seung Jo memberikan dua tiket nonton drama musik.

Ha Ni, “Saya belum pernah pergi ke pertunjukkan musik sebelumnya”

Mama Seung Jo, “Tiketnya untuk hari Sabtu ini. Kita bertemu di depan teater jam 2:30, kamu pegang saja tiketnya”


Ha Ni menunggu Mama Seung Jo di depan teater. Lalu hp Ha Ni berdering, “Anda ada dimana?”

Mama, “apa kamu ada di depan teater sekarang? Apa yang harus saya lakukan? Jalannya macet banget” Eun Jo menyambar, “Tidak ada kemacetan…” dan mama langsung menutup mulut Eun Jo, “Karena ini hari Sabtu. Mengapa kamu tidak duluan saja dan tinggalkan satu tiket di counter”

Ha Ni, “Baiklah, saya akan melakukannya” kemudian, Ha Ni menuju ke counter dan menitipkan satu tiketnya pada petugas


Pertunjukkan sudah dimulai, dan bangku di sebelah Ha Ni masih kosong. Ha Ni begitu menikmati pertunjukkannya, hingga seseorang datang dan duduk di bangku sebelahnya. Ha Ni menoleh dan kaget, melihat Seung Jo duduk disebelahnya. Seung Jo menunjuk ke panggung agar Ha Ni melihat pertunjukkannya.

Ha Ni masih bingung dan tidak percaya. Sekali lagi menoleh kearah Seung Jo, dan lagi-lagi Seung Jo menunjuk ke panggung.


Ha Ni mendekatkan wajahnya untuk melihat lebih jelas dan memastikan bahwa itu memang Seung Jo. Itu membuat Seung Jo memegang kepala Ha Ni untuk mengarahkannya ke panggung.

Ha Ni benar-benar tidak percaya dan menoleh lagi ke Seung Jo.


Saat keluar dari teater, Ha Ni masih tidak percaya kalau dia bersama Seung Jo, sampai-sampai dia mencubit pipinya sendiri, “Aduh….sakit!”

Seung Jo melihat Ha Ni, “Kenapa? Apa kamu mau aku mencubitmu?” Ha Ni menggeleng, “Tapi kenapa kamu bisa datang?” Seung Jo balik bertanya, “Bagaimana menurutmu aku bisa datang?”


Di rumah, Mama dan Eun Jo sudah pulang, “Ibumu benar-benar seorang aktris yang hebat kan? Kamu mendengar ibu berbicara ditelepon, bukan? “Ibumu di depan teater sendirian, tidak ada yang bisa kuajak nonton bersama”, lalu Dia bilang kalau dia mengerti dan akan segera datang”

Eun Jo, “Apa benar…., hanya karena akting Mama saja?” tapi mama tidak mengerti. Sementara Eun Jo berpikir dan merasa khawatir.


Seung Jo dan Ha Ni berjalan pulang bersama, diam-diam Seung Jo tersenyum. Ha Ni bertanya, “Kamu akan mengahadiri tes wawancara di universitas Tae Sang, kan?” Seung Jo diam saja dan berjalan lagi. Seung Jo berhenti dan bertanya, “Mengapa kamu bertingkah seperti itu?” dan berjalan lagi, “Aku tidak mengerti kenapa orang-orang terus berkata universitas, universitas, universitas”

Ha Ni, “Kamu pandai karena kamu punya sesuatu yang bisa kamu tawarkan, pastinya seperti itu”


“Hiduplah dengan bahagia. Bersenang-senanglah!”

Seung Jo, “Bersenang-senang?” Ha Ni mengangguk dan tersenyum, “Nenekku dulu selalu bilang hal itu padaku, “Ha Ni, milikilah hidup yang menyenangkan. Kamu bersenang-senanglah dan buatlah orang lain bahagia” Nenekku bilang semua akan baik-baik saja selama aku menjalani hidup seperti itu”

Seung Jo bergumam, “Bersenang-senang?”

Ha Ni, “Kalau kamu kuliah di universitas Parang, aku akan membuat masa kuliahmu menjadi masa yang paling menyenangkan” lalu Ha Ni berjalan mendahului Seung Jo.


Seung Jo melihat mesin boneka di depan sebuah toko. Dia berusaha mengambil boneka dan Ha Ni yang mengarahkan. Akhirnya Seung Jo berhasil menangkap boneka yang didinginkan Ha Ni dan bahkan tersenyum senang karenanya.

Ha Ni jauh lebih senang lagi, “Kamu berhasil mendapatkannya, kamu berhasil mandapatkannya!” berteriak kegirangan, bahkan sampai memukul-mukul pundak Seung Jo.


Seung Jo mlihat ke Ha Ni merasa tidak senang diperlakukan seperti itu. Tapi Ha Ni tetap saja tersenyum sangat senang.

Seung Jo melemparkan boneka itu di atas mesin untuk Ha Ni, dan meninggalkannya.

Ha Ni heran, “Apakah Kamu tidak mau mengambilnya?”

Seung Jo, “Apakah Aku akan bisa main-main dengannya?” Ha Ni sangat senang mendapatkan boneka itu dari Seung Jo.


Tiba-tiba Bong Joon Gu dan bye-bye see memanggil Ha Ni, dan akhirnya mereka duduk dan minum-minum bersama. Joon Gu kaget mengetahui kalau Seung Jo dan Ha Ni baru saja menonton drama musik bersama, “Ha Ni, apakah dia melakukan sesuatu padamu?” Ha Ni tidak mengerti.

Joon Gu, “Maksudku, sewaktu kalian sedang makan, sesuatu seperti bersentuhan tangan…” Seung Jo tersenyum mendengarnya dan Ha Ni menjelaskan, “Ketika kamu nonton drama musik, kamu tidak makan popcorn”

Joon Gu heran, “Oh benarkah? Lalu apa yang kalian makan?” tapi perhatian Joon Gu beralih pada boneka yang dipegang Ha Ni. “Oh, apa kamu membeli boneka? Wah dia bisa bicara”

Ha Ni tersenyum, “Seung Jo yang mendapatkan ini untukku, dari mesin boneka itu!” dan menunjuk pada mesin boneka di belakang Joon Gu. “Dia memberikanku boneka ini sebagai hadiah selamat karena telah berhasil masuk universitas”

Joon Gu, “Hadiah selamat? Dia memberikan hadiah murahan seperti ini? Hei Baek Seung Jo, apakah kamu sedang mempermainkan Ha Ni?”

Ha Ni membela Seung Jo, “Apa yang salah dengan ini? Dia mendapatkan ini dengan usahanya sendiri. Kamu tahu kan, seberapa susahnya mendapat boneka dari mesin pengambil boneka” tapi Joon Gu tetap saja tidak terima dan mengatakan kalau semua orang bisa melakukannya, namun Ha Ni tidak percaya.


Seung Jo tampak tidak senang mendengar itu, Dia membuang gelas bekas minumannya dari tempat duduknya saja, dan tepat jatuh di tong sampah yang jaraknya cukup jauh. Ha Ni yang melihat itu, menganggapnya sangat keren. Joon Gu tidak mau kalah, dan membuang gelas bekas minumannya juga dengan cara yang sama, Ha Ni kagum. Anggota bye-bye see bertepuk tangan.

Seung Jo semakin tidak senang, lalu mengambil kaleng minuman dan menendangnya tepat masuk kedalam tong sampah. Ha Ni melongo melihat apa yang dilakukan Seung Jo itu, teman-teman Joon Gu juga sama terkesannya. Sementara Seung Jo tersenyum puas dan melangkah pergi.


Joon Gu segera memanggilnya, “Kamu mau kemana? Lihat ini! Benar-benar menyusahkan!” Seung Jo menoleh. Joon Gu akan melakukan seperti yang dilakukan Seung Jo barusan. Tapi tendangannya tidak mengenai gelas dan bahkan Joon Gu jatuh terpeleset. Teman-temannya segera menolong Joon Gu, ha NI tertawa melihat Joon Gu dan Seung Jo tersenyum geli.

Pastinya Joon Gu merasa sangat ‘malu’, tapi Joon Gu berlatih melakukannya lagi, sementara salah satu temannya mengambil tong sampah mendekatkan ke Joon Gu.


Tiba-tiba Ha Ni berpikir kalau yang dilakukan Seung Jo dan Joon Gu ini seperti adegan di film-film. Ha Ni mulai membayangkan dirinya menjadi seorang putri yang diperebutkan oleh dua pangeran, Seung Jo dan Joon Gu.

Joon Gu memaksa Ha Ni untuk mencintainya, tapi Ha Ni hanya mencintai Seung Jo. Saat Joon Gu hendak mencium Ha Ni, datanglah Seung Jo yang berseru pada Joon Gu untuk menghentikan perbuatannya itu. Joon Gu menghunus pedang, begitu pula Seung Jo. Ha Ni mencoba menghentikan Seung Jo, tapi Seung Jo berkata, “Seorang pengecut bisa mati berkali-kali, tapi cinta hanya bisa mati sekali. Jika aku mati untukmu, itu bukanlah kematianku…itu adalah cinta” lalu dia tersenyum pada putri Ha Ni.


Keduanya bertarung pedang, sementara Ha Ni melihat dengan perasaan takut.


Sampai pada saat adegan kedua pangeran akan saling menusukkan pedang, Ha Ni mengulurkan tangan dan mengatakan, “Hentikan!” dan itu benar-benar dilakukannya dialam nyata.

Seung Jo heran melihat Ha Ni, begitu juga dengan Joon Gu dan teman-temannya. Lalu Ha Ni berpura-pura melakukan gerakan senam.


Hari ujian wawancara untuk Seung Jo tiba, semua menyemangati Seung Jo, tapi Ha Ni terlihat khawatir.

Kedua orang tua Seung Jo sangat senang karena akhirnya Seung Jo memutuskan untuk ikut ujian masuk universitas. Tiba-tiba Ha Ni teringat percakapannya dengan Seung Jo saat pulang dari pertunjukkan. Ha Ni segera bersiap pergi, papah bertanya Ha Ni itu mau kemana? Ha Ni, “Ini tidak akan berhasil. Hatiku tidak tenang, aku akan mengawasi dia sampai masuk ruang ujian” sementara Eun Jo merasa semakin khawatir dengan hubungan kedua kakak ini.


Ha Ni terus mengikuti Seung Jo, tapi sebenarnya Seung Jo menyadari kalau Ha Ni terus mengikutinya dan dia hanya tersenyum.


Saat menyeberang jalan, boneka pemberian Seung Jo terjatuh di tengah jalan. Lalu Ha Ni menyadari kalau bonekanya jatuh setelah dia ada di tepi. Ha Ni bingung antara mengambil boneka atau harus mengikuti Seung Jo yang semakin menjauh.

Akhirnya Ha Ni memutuskan untuk mengambil bonekanya.


Seung Jo mendengar suara gaduh dan berhenti, melihat orang-orang yang berteriak kalau ada seorang perempuan yang tertabrak mobil.

Tiba-tiba Seung Jo terpaku tidak bergerak untuk beberapa saat. Wajahnya berubah pucat, dia sangat cemas, lalu melihat kearah terjadinya kecelakaan. Dan benar saja, Ha Ni adalah korban yang tertabrak mobil.


Ha Ni dirawat di rumah sakit, Papah Ha Ni menangisi anak perempuannya itu. Kedua orang tua Seung Jo juga ada menungguinya.

Ha Ni sadar dan menanyakan dia ada dimana, Mama Seung Jo mangatakan kalau Ha Ni ada di rumah sakit karena mengalami kecelakaan. Lalu Ha Ni menanyakan Seung Jo, Mama menjawab, “Seung Jo sedang wawancara, tentunya” Ha Ni merasa sangat lega.


Lalu seseorang datang ke kamar rawat Ha Ni, ternyata itu Seung Jo, semua terkejut melihatnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar